BANTEN SEBAGAI KONSEP HIDUP
BANTEN merupakan visualisasi dari ajaran tattwa
dan susila Hindu yang memiliki tujuan mengarahkan, menuntun manusia guna
tumbuhnya sifat-sifat yang mulia dalam diri. Oleh sebab itu apa yang ada
dibalik banten itu ternyata sangat kaya akan konsep hidup yang bersifat
universal, yang wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya:
Banten Peras, Banten Pengambyean, Sesayut, Dapetan dan lain-lain. Banten kalau
dirujuk dari sumber sastranya merupakan perwujudan dari diri sendiri,
perwujudan dari alam semesta dan juga merupakan perwujudan dari Hyang widhi.
Banten kalau mewujudkan diri sendiri bisa kita pahami melalui pembuatan berbagai
jenis banten tersebut, jika kita selaku umat manusia yang memiliki swadharma
tertentu misalkan menjadi seorang petani maka alat perlengkapan petanilah yang
kita bawa, termasuk pakaian, teori kerja, etika petani yang kita lakukan.
Demikian pula jikalau kita berswadharma sebagai pedagang maka perlengkapan
perdagangan yang kita bawa, pakaianyapun ala pedagang dan etikanyapun
selayaknya seorang pedagang, demikian pula dengan swadharma yang lainya tentu
akan menyesuaikan kerja/kriya dengan
swadhamanya masing-masing. maka dari itu berbagai jenis bebantenan terdapat di
Bali sesuai dengan hari perayaannya. misalnya pada hari bhuda wage kelawu
banten sesayut Bagia Setatasai mesti dibuat, selainnya menyesuaikan dengan
keperluan dari keyakinan masing masing, boleh soda, pras, pejati dan lain-lain.
Semua nanti merujuk pada sastra dalam lontar Sundarigama, sehingga dalam
pelaksanaan yadnya tidak menoton hanya pada banten sorohan saja. Banten
sesayut/tebasan merupakan wujud permohonan kita kehadapan Hyang Widhi agar
beliu berkenan menganugrahi sesuai dengan wujud sesayut tersebut, banten Pras merupakan
lambang perjuangan hidup dan doa untuk mencapai kesuksesan (Prasiddha) dalam
kehidupan ini. Sebagai manusia normal kesuksesan dalam hidup merupakan dambaan
setiap orang. Lalu apa yang harus dilakukan dalam meraih sukses tersebut. Dalam
Banten Pras kesuksesan itu digambarkan dengan jelas sekali dinyatakan : "
Pras Ngaranika Prasiddha Tri Guna Sakti ", artinya Pras namanya adalah
sukses (Prasiddha) dengan kuatnya Tri Guna. Tri Guna itu adalah Sattwam, Rajas
dan Tamas. Apabila ketiga Guna ini berada pada struktur dan komposisi yang
idial, maka ia akan menjadi kekuatan luar biasa untuk mengantarkan seseorang
menuju pada kesuksesan hidup. Struktur dan komposisi idial yang dimaksud adalah
apabila guna Sattwam menguasai guna Rajas dan guna Tamas. Dalam Banten Pras
ketiga guna ini disimbulkan dengan benang, uang dan beras. Benang sebagai
lambang Sattwam, Uang sebagai lambang Rajas, dan Beras sebagai lambang Tamas.
Banten Penyeneng melambangkan konsep hidup yang berkeseimbangan, dinamis dan
produktif. Hidup yang seimbang mengandung suatu arti bahwa tujuan hidup ini
harus diselaraskan antara kebutuhan jasmani (material) dengan kebutuhan
rokhani, dinamis mengandung arti bahwa dalam hidup ini manusia diwajibkan untuk
tidak henti-hentinya mengejar kemajuan dan produktif artinya senantiasa
berkarya atau mencipta yang patut diciptakan, memelihara yang patut di pelihara
dan meniadakan sesuatu yang patut ditiadakan. Visualisasi dari konsep hidup
yang tiga ini diwujudkan dengan bentuk sampian yang beruang tiga. Dalam usaha
membangun konsep hidup ini maka manusia hendaknya memiliki pandangan yang
benar. Benar dalam arti dilandasi oleh kesucian bathin. Kesucian bathin akan
muncul manakala telah lenyapnya sifat-sifat negatif dalam diri. Dengan demikian
barulah benih kesucian dapat disemaikan. Hal ini divisualisasikan dalam bentuk
sarana yang disebut segawu tepung tawar dan beras. Banten Tulung adalah suatu
banten dengan tiga kojong yang berisi nasi dan lauk pauk dan rerasmen. Makna
dari banten tulung ini adalah bahwa hidup ini saling memiliki ketergantungan
antara manusia dengan manusia, manusia dengan binatang, manusia dengan
tumbuh-tumbuhan. Ini menggambarkan manusia disamping sebagai makhluk individu
juga berdimensi sebagai makhluk social. Ciri makhluk sosial adalah memiliki
kemampuan untuk bekerja sama dengan semua komponen yang hidup di muka bumi ini.
Banten Sesayut adalah suatu banten yang melambangkan perjuangan hidup manusia
untuk meraih kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup yang disebut ayu.
Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini tidak dapat diwujudkan sekaligus,
melainkan diraih dengan cara bertahap sesuai bentuk alas dari sesayut itu yang
berbentuk bulat maiseh. Oleh karena itu dalam wujud apa kesejahteraan dan
kebahagiaan itu dimohonkan disesuaikan jenis sesayut atau tebasan yang ada. Itu
sebabnya banyak ditemui jenis sesayut yang masing-masing mempunyai pengharapan
yang mengkhusus.Banten Dapetan adalah suatu banten yang memiliki makna untuk
mencari, pengembangan kebajikan sehingga apa yang kita warisi baik dalam
kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang merupakan proses karma kita
dimasa lampau maupun karma dimasa kini. Untuk napet (mewarisi) yang baik manusia
wajib pengembangan, serta menyemai kebajikan itu kepada semua orang dengan
selalu berpegang kepada Satya. Jika hal ini senantiasa dilembagakan niscaya
akan dipetik hasil atau buah yang baik. Hal ini divisualisasikan dengan beras
(bija) yang dicampur bunga kamboja atau cempaka (sesarik) sebagai lambang benih
yang harus disemaikan, serta benang sebagai lambang kebenaran. Hal ini harus
dikembangkan kesegala penjuru yang dilambangkan oleh alas sesarik yang
berdimensi ke delapan penjuru mata angin. Dan masih banyak banten-banten lain
yang merupakan pengejewantahan dari kebenaran ajaran Weda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar