DHARMA CARUBAN (Tuntunan Ngebat)
Merupakan suatu uraian singkat tentang penyelenggaraan
hidangan hidangan masyarakat Bali, baik yang dipergunakan pada waktu pesta,
maupun dalam perayaan keagamaan yang berdasasrkan adat Agama Hindu.
Bagi masyarakat yang beragama Hindu bahwa setiap melakukan
yadnya, baik dewa yadnya, pitra yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya maupun Bhuta
Yadnya mulai dari tingkatan yang kecil, sedang dan besar biasanya
menyelenggarakan npenyembelihan hewan-hewan yang dipergunakan sebagai ulam
sesajen. Adapun hewan yang biasanya disembelih untuk ulam sesajen itu adalah
ayam, itik, angsa, babi, sapi, kambing, kerbau, penyu dan lain sebagainya.
menurut bentuk dari pada olah-olahan tersebut ada berbagai
macam, ada yang keras, ada yang lembab,maupun ada yang encer. Diantara
olah-olahan tersebut maka "Lawar" inilah yang menjadi kegemaran
masyarakat Bali dari dahulu sampai sekarang. lawar itu banyak coraknya, ada
yang serba matang, ada yang serba setengah matang atau pula ada yang serba mentah.
Dengan tidak mengesampingkan pendapat dari beberapa ahli
kesehatan secara moderen, maka sesungguhnya prinsip-prinsip Dharma Caruban adalah
banyak sekali manfaatnya dalam menjamin kesehatan hidangan lawar dan yang
sejenisnya. misalkan saja untuk membqasmi bau busuk dalam daging mentah dharma
caruban memberikan resep "Langsub" yang terdiri dari rempah rempah :
Lada, Cengkeh, Ketumbar, Jebugarum dll, juga adanya daun-daunan seperti :
Ginten, Limau, Janggar Ulam dll, dari umbi-umbian seperti : Gamongan, Bangle,
Isen, Cekuh, Kunyit, Jahe dan bawang merah/putih.
Karena segala perikehidupan Umat Hindu selalu dijiwai oleh
agamanya, tidaklah mengherankan jika Dharma Caruban mengajarkan kepada kita
dimana pada saat menyembelih hewan baik yang akan dijadikan bahan upacara maupun
pesta selalu didahului oleh pengastawan/doa untuk kesucian roh hewan yang akan
disembelih.
Apabila akan menyembelih hewan (Ngelepas Patik Wenang),
terlebih dahulu agar tercapainya kesucian (Sorga) baik yang akan disembelih
maupun yang menyembelih serta tujuan dan sasaran dari pada penyelenggarannya,
sebab pembunuhan merupakan perbuatan dosa (Imsa Karma), jika sebelum melakukan
pembunuhan kita awali dengan permohonan maka dosa yang kita perbuat akan
mendapatkan pengampunan dari hyang Maha Pencipta. = Yan noramangkana tan anemu
rahayu sang amejah pati wenang ika. Demikanlah tersebut dalam Lontar Patik
Wenang. = Apan maha petaka ngardha ingsa, tininda ring rat parasadhu melik,
adoh mareng swargan paratre, sasar mareng tambra goh muka tembe. yang maksudnya
: Sebab amatlah sengsaranya perbuatan seseorang yang menghianat, akan tercela
di dalam dunia, dimana terasing bagi para bijaksana, jauhlah untuk sampai
kealam sorga, ketika saat meninggal dunia kelak menderitalah dia jatuh ke
lembah penderitaan. Demikian Sang Sutasoma menasihati Harimau dalam Kekawin
gubahan Pujangga Mpu Tantular.
Jadi apabila kita melakukan suatu
yadnya dan penyembelihan terhadap hewan patutlah mengadakan pengelepasan
tersebut, adapun doa/pengastawan yang diucapkan ketika akan menyembelih hewan
berbeda menurut jenis hewannya.
1.
Dwi Pada : hewan yang berkaki dua
"Om Swasti swasti sarwa dewa bhuta suka predana purusha sang yoga ya
namah, Om Yang Nama Swaha"
Maksudnya : Bagi binatang sembelihan yang berkaki dua dan yang sejenisnya
rohnya dikembalikan ke arah timur kehadapan Betara Iswara, dengan harapan kelak
apabila numitis rohnya itu kedunia akan menjadi manusia yang sakti dan indah
perawakanya, tak tercela dan selalu bisa bersedana (beramal) yuang baik serta
sepanjang hidupnya selalu berpegangan pada Dharma.
2.
Catur Pada
: hewan berkaki empat
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhana
purusa sang yoga ya namah, Om Bang Namah Swaha.
Maksudnya : Bagi
binatang sembelihan yang berkaki empat seperti kerbau, sapi, babi dan
sejenisnya rohnya dikembalikan ke arah selatan kehadapan Betara Brahma.
3.
Asta Pada
: hewan berkaki delapan
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhana
purusa sang yoga ya namah, Om Ung Namah Swaha.
maksudnya : Bagi
binatang sembelihan yang berkaki delapan seperti ketam, Udang dan sejenisnya
rohnya dikembalikan ke arah Utara kehadapan Betara Wisnu.
4.
Halaku -
laku Dada : berjalan dengan Dada
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhana
purusa sang yoga ya namah, Om Tang Namah Swaha.
Maksudnya : bagi
binatang sembelihan yang berjalan dengan dada maka rohnya dikembalikan ke arah
barat kehadapan Betara Mahadewa.
5.
Sahang Samidha
: kayu-kayu bakar
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhan
purusa sang yoga ya namah, Om Nang Namah Swahya.
Maksudnya : bila
menggunakan kayu bakar /menebang pohon roh kayu tersebut dikembalikan ke arah
tenggara kehadapan betara Mahesora.
6.
Daun-daunan
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhana
purusa sang yoga ya namah, Om Mang Namah Swaha.
Maksudnya : bila
menggunakan daun-daunan lebih lebih untuk kepentingan yadnya rohnya
dikembalikan ke arah barat daya kehadapan Bethara Ludra.
7.
Suku Tunggal
: berkaki satu
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhana
purusa sang yoga ya namah, Om Sing namah Swaha
Maksudnya : bagi
penyembelihan binatang yang berkaki satu rohnya dikembalikan ke arah barat laut
kehadapan bhatara Sangkara.
8.
Durpada (......)
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhana
purusa sang yoga ya namah, Om Wang Namah Swaha.
Maksudnya :
apabila menyembelih binatang yang deyet (........) maka rohnya dikembalikan ke
arah timur laut ke hadapan Bhatara Shambu.
9.
Salwiring we
: Jenis Ikan
"Om Swasti-swasti sarwa dewa bhuta suka predhana
purusa sang yoga ya namah, Om yang namah swaha, Ung Siwa nirmala namah swaha,
Ong ong sada siwa nirmala dhirgaya nama swaha, Ong ong Prama Siwa Niroga namah
swaha, Ong ong sama sampurna namah swaha.
maksudnya : bila
menyembelih segala jenis ikan rohnya dikembalikan ke arah tengah kehadapan
Bhatara Siwa
Selain dari pada doa/ pengastawa
yang dilakukan pada waktu menyembelih hewan, maka upakara/bebanten sebagai alat
untuk mmohonkan restu Hyang Widhi atas tercapainya kesucian roh hewan yang
disembelih dan keselamatan si penyembelih. Adapun banten/upakara yang sederhana
mungkin dalam memulai penyembelihan adalah :
a.
Banten akan menyembelih : sebuah canang sari,
segehan kepel yang lengkap dengan tetabuhannya serta tirta yang dimohon di
tugu/ sanggah.
b.
Bebangket pada daging yang telah
terpotong-potong yang akan diolah :
Isen, Jahe, Kunyit dan Minyak Kelapa.
c.
Doa akan mulai menyembelih : Ih Sudha malung,
iki labaan sirane, aja sira agresianin bawi iki (binatang yg disembelih),
matulak ta sira ring sida malung. Barulah mulai menyembelih.
OLAH-OLAHAN.
Telah diatur oleh para leluhur kita
dari jaman dahulu bahwasanya jenis hidangan/olah-olahan yang terdapat dalam
upacara adat Agama Hindu khususnya di Pulau Bali dapat dibeda-bedakan dalam
tiga jenis :
1.
Jenis Olahan yang Kering, dalam jenis ini kita
dapati dalam bermacam-macam bentuk seperti Sesate, Gorengan, Brengkes, Urutan,
Lempet dan Gubah.
2.
Jenis Olahan yang Lembab, dalam jenis ini kita
dapati bentuk seperti Lawar, Tum, Balung, Timbungan, Oret, Semuwuk.
3.
Jenis Olahan yang Cair, dalam jenis ini kita
dapati dalam bentuk kekomoh, Ares.
Sesate :
Walaupun disebut sesate, namun
bukan semua sesate itu sama, baik namanya, ramuannya demikian pula rasanya.
berbagai jenis sesate yang ada di Bali antarta lain :
a) Sate
Lembat atau Kreta Semaya, sate ini bahannya terdiri dari daging yang ditumbuk
sehingga lumat, berisi gula aren, dan kelapa yang diparut dengan bumbu sebagai
berikut : ragi, mica, ginten, tingkih, bawang merah, bawang putih, trasi, kulit
jeruk purut, cabai, cekuh, kunyit, garam, santen. Tangkainya bambu raut lalu
dililit.
b) Sate
Asem : dibuat dapri pada daging, kulit, semuanya terpotong potong, serta
ditusuk dengan bambu raut yang runcing.
c) Sate
Pusut : bahannya dari hati yang direbus
dipotong-potong lalu ditusuk dalam bambu raut yang runcing dan diisi tiga
potong dalam satu tangkai.
d) Sate
Empol : Sate ini juga disebut sate
Kwinda, yang bahannya adalah daging, urat setelah direbus lalu tusuk pada
katiknya.
e) Sate
Kablet : Bahannya adalah daging dan
kulit setelah direbus lalu dipotong-potong dan setelah ditusuk sate tersebut
dililit dengan daging yang tertumbuk lumat lalu direbus.
Gorengan :
Olah-olahan Gegorengan ini tidaklah
halnya seperti sate, melainkan hanya satu jenis, dimana daging, tulang, perut,
hati, paru-paru, limpa, dan yang lainnya setelah dipotong-potong lalu digoreng
diberi garam.
Brengkes :
Brengkes pada umumnya digoreng,
untuk bumbu menyesuaikan dengan daging yang dipakai.
-
Brengkes Sapi
Bumbunya : bawang putih, bawang merah, minyak kelapa, cekuh, tinggih,
tumbah, cabai, mica, ginten, jahe, bangle, sere, garam. setelah diaduk lalu
digoreng.
-
brengkes Babi bumbunya sama seperti brengkes
Sapi hanya tidak diisi daun Ginten dan
Bangle.
-
Brengkes Lele
bumbunya :bawang merah, bawang putih, minyak kelapa,garam dan cabai.
-
Brengkes Lindung bumbunya : sama dengan bumbu
brengkes sapi.
Urutan :
Urutan walaupun terdiri dari daging
yang lembab seperti lemak/muluk dan daging tetapi karena cara memasaknya dengan
cara menggoreng maka termasuk olahan kering. Urutan ini juga sering disebut
dengan "lemah Pinanah". Adapun bahannya adalah : Usus Muda, daging
dan muluk yang telah dipotong-potong. Bumbunya : bawang, jahe, isen, cekuh,
ketumbar, sere tabia/cabai. Atau yang lebih lengkapnya dipakai base gede.
Adapun yang disebut Kacengro yaitu urutan yang bumbunya terdiri dari bawang
putih, cabai bun, mica, ginten, kancah kencur.
Lempet :
Lempet terdiri daripada : isi
otak/polo, dicampur dengan daging, tulang muda, lalu ditumbuk. bumbunya baik
dengan base gede. Adapun cara memasaknya yaitu setelah dibungkus dengan daun
pisang yang menyerupai bantal lalu di panggang.
Gubah :
Gubah ini dibuat daripada kulit
yang sedikit berisi lemak, kemudian diurap dengan kunyit yang lumat dan diberi
garam secukupnya lalu digoreng setengah matang. Adapun besarnya Gubah ini
adalah selebar telapak tangan, jika bahannya dari daging yang di iris-iris
dicampur bumbu lalu dikeringkan maka disebut dengdeng.
Lawar :
Lawar ada bermacam-macam jenisnya
menurut bahan dagingnya, demikian pula bumbunya. berbagai macam lawar yang
terdapat dalam olahan adalah :
-
Lawar Tulen : lawar semacam ini terdiri dari
daging paha mentah yang dilumat dengann metektek, kemudian dicampur dengan
darah mentah, diisi serapah yaitu kulit direbus setengah matang kemudian
diiris-iris tipis serta dicampur dengan bumbu yang lengkap.
-
Lawar Penyon
: bahannya dari daging yang ditektek sangat lumatnya kemudian dicampur
dengan kelapa yang diparut, sedeikit darah sehingga warnanya sedikit kemerahan,
kadang kala dicampur dengan buah cempedak yang muda direbus dan ditektek pula,
lalu dicampur dengan bumbu : bawang merah, bawang putih, cekuh, merica, asem
limau, mba/bawang goreng.
-
Lawar Batu Rubuh/ Lawar Padmara : lawar ini adalah campuran dari lawar tulen
dengan lawar Penyon, yang mana ditambah lagi dengan serapah dari daging yang
diiris-iris dan kelapa yang digobed.
-
Lawar Petak
: bahannya dari daging dan kulit yang telah matang lalu diiris-iris
sangat lumatnya, lalu dicampur dengan kelapa yang diparut serta diberi santen
kane( santen dari kelapa yang dipanggang), tetapi lawar ini tidak dikasi darah.
-
Lawar Pepahit/ lawar Subakti/Wisnu Murti yang
mana bahannya terdiri dari daun-daunan dan buah buahan yang rasanya agak pahit seperti daun belimbing,
buah paya yang sebelumnya direbus kemudian ditektek hingga lumat, setelah lumat
dicampur dengan lawar petak, dan darah mentah sekedar dan diisi pula perut
besar yang telah matang (betuko/kekondo) dengan bumbu : mica, ginten, tingkih, cabai,
bawang putih, ketumbar, sere, isen, emba matang yang direbus api (tambus).
Tum
:
Tum ini terbuat dari daging yang
dicampur dengan tulang muda demikian pula urat yang ditumbuk hingga lumat lalu
dicampur dengan kelapa yang diparut
serta diberi bumbu lengkap. bungkusnya segitiga, jika dibungkus memanjang maka
akan jadi berengkes.
Balung :
Balung atau bebalungan disebut juga
jangan ulam, yang bahannya terdiri dari balung-balung yang dipotong-potong,
kemudian diisi bumbu : Isen, bawang merah/putih, sere, ginten, gula bali,
santen lalu di dadah (lablab).
Timbungan :
Timbungan menurut macam bumbunya
ada dua macam : timbungan biasa yang bumbunya terdiri dari bawang merah/putih,
gamongan, kemiri, cekuh, bangle, isen, ketumbar, merica, ginten, sere dan
santen. Timbungan Kesatryan dengan bumbu seperti tersebut di atas lalu ditambah
minyak kelapa dan daun jangan ulam.
Oret :
oret terbuat dari perut muda yang
dicampur dengan tepung dan kuning telor serta bumbunya yang lengkap kemudian
direbus/ dipanggang.
Semuwuk :
Semuwuk terbuat dari perut muda
diisi hati dan tepung yang sudah tertumbuk alus dan lumat dicampur dengan
santen kelapa dan diberi bumbu selengkapnya lalu direbus pada air mendidih.
Kekomoh :
Kekomoh disebut juga cobor yang
bahan-bahannya dari darah yang mentah dicampur dengan hati dan daging yang
lumat dan kadang dicampur pula dengan paru yang matang lalu diberi bumbu yang
lengkap serta asam secukupnya kemudian diencerkan dengan air yang telah matang
dan didinginkan.
Ares :
Ares bahannya dari batang pohon pisang
muda, diiris-iris, dicampur pula dengan daging dan balung, setelah diisi bumbu
lalu diberi air dan dilablab hingga matang.
bersambung///
Mohon kelanjutan Dharma Caruban ini. Terima kasih.
BalasHapussabaaar....tinggal dikit lagi;;;;;
BalasHapusMatur suksema....
BalasHapusApakah ada bukunya dan dimana tersedia?
Sinampura....
BalasHapusNapi dados tiang share di group WA atau Fb?
Suksema 👏
DADOS..Anggen suluh pemargi
HapusMohon info apakah jenis sate lembat atau kreta semaya itu sama dengan Sate Lilit ?
BalasHapusinggih pateh
BalasHapus