Lulut
adalah sebangsa binatang-binatang kecil sejenis ulat yang besarnya hampir sama
dengan ulat cempedak, akan tetapi kelihatannya sangat aneh. Keanehan ini bila
pada suatu tempat ia muncul pasti akan saling berkaitan satu dengan yang
lainnya, apalagi disaat akan berpindah tempat . Ulat yang aneh dan muncul di
tanah begitu banyaknya itulah oleh masyarakat/umat hindu disebut dengan lulut.
Jika sudah tampak adanya lulut disuatu tempat maka umat hindu/warga masyarakat
akan mengadakan ritual pembersihan sekala dan niskala.
Untuk
memahami tengtang Tattwaning Lulut maka perlu kiranya kita simak dulu cerita
sebagai berikut ; "Dahulu kala dua orang penghuni kahyangan yakni I Gudug
Pasu dan I Bawi Srenggi suatu ketika mereka mendengar berita bahwa seorang dewi
penghuni sorga yang namanya Betari Sri adalah satu-satunya putri yang paling
cantik di seluruh sorga loka. mendengar berita itu kedua rsenggana itu sangat
tertarik hatinya untuk mempersunting
Betari Sri. I Gudug Pasu dan I Bawi Srenggi yang sama-sama citi-citanya
untuk mempersunting betari tiba -tiba suatu saat bertemu. I Gudug Pasu berkata
"Saudaraku Bawi Srenggi, aku tahu yang ada dalam hatimu, setelah kita
mendengar tentang kecantikan dewi Sri, apa yang hendak kau lakukan aku tahu
semua, akupun akan melakukan seperti yang kau pikirkan, jelas akan
mempersunting Dewi Sri". Bawi Srenggi menjawab," Dewi Sri hanya
seorang diri, sedangkan yang menghendaki kita berdua, lalu bagaimana kita harus
bertindak?" Gudug Pasu menjawab, "Kita sama-sama penghuni sorga loka hendaknya
jangan sampai dihadapan Betari Sri kita bertengkar, kita harus tetap menjaga mutu
kedewataan kita, menurut hematku dalam hal ini hanya ada satu jalan yakni salah
satu dari kita harus hidup, untuk tujuan itu tiada lain lagi kecuali kita
berperang".
I Bawi
Srenggi setelah mendengar kata-kata I Gudug Pasu seperti itu segera mengambil sikap,
"aku juga menginginkan seperti itu, ayo mulailah kita berperang".
Benar saja perang dimulai, makin lama makin bertambah hebatnya, sentuhan
senjata sangat membisingkan, api yang timbul akibat sentuhan senjata itu
bagaikan kilat yang membelah dunia. Bila mereka payah menggunakan senjata maka
mereka saling bergerumul berpelukan saling membanting dan siap akan
menghempaskan ke bumi. Begitu hebat perangnya, sedikitpun pada sekujur tubuh
mereka tiada bekas yang tergores senjata, selama mereka bertempur telah
beberapa kali mereka berhenti karena lelahnya. Akhirnya peperangan itu mereka
hentikan karena mereka sama-sama yakin bila diteruskan tiada berakhir kalah
atau menang.
Setelah
peperangan terhenti I Gudug Pasu lalu berkata "Saudaraku Bawi Srenggi,
oleh karena tujuan kita tidak tercapai hidup seorang diri untuk mempersunting
Betari Sri, maka marilah kita pergi ke tempat tinggal Betari Sri, akan tetapi
menurut hematku kepergian kita kesana hendaknya berbagi arah, kamu aku minta
melewati arah barat laut dan aku sendiri menuju ke timur laut".
Demikianlah perjanjian mereka berdua sama-sama saling mentaatinya.
Entah
berapa lama dalam perjalanannya akhirnya I Gudug Pasu yang mengambil arah timur
laut berjumpa dengan Dewa Siwa, kepada Dewa Siwa dia menjelaskan apa yang
hendak menjadi tujuan sehingga sampai pada tempat itu. Dewa Siwa memahami
maksud dan tujuan I Gudug Pasu dan segera menjawab, "Ya kalau itu yang
kamu maksudkan, memang benar ku akui kecantikan dan keagungan dewi Sri tiada
tanding di sorga loka, namun sayang Dewi Sri kini tidak lagi tinggal disini, ia
telah turun ke dunia bersama kakaknya betara Rambut Sedana untuk menguasai
dunia dan memberikan kesuburan semesta. begitulah halnya sekarang terserah
kamu". I Gudug Pasu setelah mendengar sabda Dewa Siwa seperti itu segera
mohon diri untuk meneruskan perjalanan dalam mencari dewi sri.
Kini
tersebutlah seorang Raja yang berkuasa pada sebuah negara yang bernama Maninte,
raja ini mimpi jelas bahwa Betari Sri turun ke dunia dan kini sedang berada
pada daerah kekuasaanya, namun entah dimana tempatnya. Dengan alasan inilah
akhirnya beliau segera memanggil seluruh rakyatnya untuk segera berkumpul dan
dimintai penjelasan, tetapi malang semua rakyat tidak ada yang tahu dimana dewi
Sri berada, akhirnya sang raja meminta kepada seluruh rakyatnya untuk mencari
Dewi Sri dimanapun tempatnya.
Betari
Sri kini dalam perjalanan menuju dunia, sampailah beliau pada perbatasan
negara yang menjadi kekuasaan raja
Maninte. Perjalanan Betari Sri diiringi oleh abdinya yang setia Ni Sri Tekong
(Keladi) dan Ni Sri Kuncung (Jagung). Tiba-tiba Betari Sri terkejut setelah
mendengar dan melihat begitu banyaknya orang yang datang, mereka hampir
mendekati betari. Dengan tidak berpikir panjang beliau segera menghilang darim
tempat itu bersama kakak dan abdinya menuju ke tengah hutan belantara. Setelah
sampai di hutan lalu beliau berteduh di bawah pohon kayu ketepeng kuning yang
rindang dedaunannya. Disana beliau melepaskan penat dan rasa lelahnya. Pada
saat itu tanpa disengaja datanglah I Gudug Pasu menghampiri Betari Sri,
terdorong oleh kegembiraan hatinya dan asrat yang dalam lalu dia
berkata,"Wahai junjunganku Betari Sri syukurlah Betari saya jumpai disini,
karena telah sekian lama betari meninggalkan sorga loka, sungguh sangat
khawatir saya tidak dapat berjumpa, oh betariku rasanya tidak puas jakalau saya
tidak dapat mempersunting betari"
Mendengar
kata-kata yang diucapkan I Gudug Pasu demikian, Betara Rambut Sedana cepat
menyela, "Hai kau Gudug Pasu kalau demikian kehendakmu aku sebagai kakaknya
belum ikhlas menyerahkan adikku begitu saja tanpa pembelaan, hanya jiwaku yang
menjadi taruhannya". I Gudug Pasu yang kehendaknya tak dapat dibelokan
lagi tahu akan dirinya yang tak ada menyaingi kesaktiannya dengan tak
terduga-duga segera menyerang betara Ranbut Sedana. Peperanganpun terjadi
sangat dasyatnya, tak ada yang mengalami cedera saat peperangan itu terjadi,
tiba-tiba Betara Ranbut sedana mendengar sabda dari angkasa, "Hai Dewa
Ranbut Sedana bila dengan jalan ini dewa akan membunuh I Gudug Pasu pasti tidak
akan berhasil, sekarang tangkaplah dia dan seret ke tengah lautan dan buang di
tengah samudra , hanya dengan cara demikian kamu akan berhasil. Betara Rambut
Sedana tidak berpikir panjang, setelah mendengar sabda itu lalu ia lari ke
pinggir pantai, disana peperangan terjadi lagi dengan dasyatnya. Tiba-tiba
Betara rambut sedana mencengkeram I Gudug Pasu, diseretnya ke tengah samudra
lalu dilepaskan sendirian disana. Tahu akan kekalahannya I gudug Pasu yang
berada di tengah samudra berkata-kata, "Hai Rambut Sedana apa dengan jalan
begini kau sanggup membunuhku?, belum tentu, tetapi ingat cita-citaku belum
sampai untuk mengawini Dewi Sri, aku akan terus berjuang sampai cita-citaku
benar- benar terpenuhi." Hilangnya suara itu tiba-tiba mengapung di
permukaan laut seekor ikan yang merupakan penjelmaan dari I Gudug Pasu, ikan
itu bernama Be Bawang Uyah.
Kini
setelah I Gudug Pasu tiada Betara Sedana mencari Dewi Sri, betapa girang
hatinya Dewi Sri melihat kakaknya datang dengan selamat, setelah Betara Rambut
sedana mengasuh sebentar lalu berkata, " Adikku kini marilah kita turun ke
Medang Kemulan, untuk itu kakak minta dinda jangan lagi menggunakan badan yang
kita pakai sekarang, melainkan dinda harus menggunakan badan ulat kecil, begitu
juga kakak akan menggunakan badan ulat kecil, warna badanmu agar berwarna
kuning, sedangkan kakak akan berwarna putih, cara inilah sebagai rahasia agar
kelak kita bisa saling mengingatkan disaat kita berjumpa. Barang siapa saja
manusia di dunia yang menjumpai kita agar kita disambut dengan upacara
keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut. Dalam hal ini aku memberikan
kelonggaran bagi manusia yang menjumpainya, jika hari ini mereka berjumpa maka
dalam kurun waktu selambat-lambatnya tiga hari mmereka harus melaksanakan
upacaranya. Nah demikian pesanku dan untuk itu kakak harap dinda berangkat
terlebih dahulu, karena aku masih dalam keadaan lesu.
Kini
tersebutlah I Gusti Makokawan, Raja yang menguasai Medang Kemulan, pada waktu
itu beliau sedang sibuknya mempersiapkan upacara. Upakara yang dipergunakan
memerlukan lubang di tanah, raja segera menitah abdinya untuk membuat lubang di
tanah sekitar yadnya diselenggarakan. Entah beberapa lama yadnya itu berlalu,
maka timbullah serumpun padi di tempat tanah yang cekung saat melangsungkan upacara dahulu. melihat
hal itu alangkah girangnya raja Medang Kemulan, karena hal itu sungguh-sungguh
keadaan yang sangat membahagiakan, dewi Sri telah memberikan berkah dan hadir
di tempat melaksanakan yadnya. Begitu keadaannya sehingga menjadi perhatian
bagi seluruh rakyatnya.
Kembali
pada I Bawi Serenggi yang mengambil jalan ke barat laut, dia tidak pernah
menjumpai Dewi Sri, maupun Betara Siwa. Melainkan ia hanya berjumpa denga
serumpun bambu ampel gading, dengan tidak disadari perbuatanya, maka
cabang-cabang bambu ampel gading itu dipatah-patahkannya. Tiba-tiba terdengar
suara olehnya,"Ohh Bawi Srenggi, kenapa kau buat aku begini?, bukankah kau
akan mencari Dewi Sri?, kau tidak tahu siapa diriku ini sedangkan aku sudah
mengetahui dirimu dan kehendakmu, memang Betari
Sri telah turun ke dunia, di timur laut adanya, carilah disitu, kapan
nanti kau menjumpai cekung tanah
disanalah Dewi Sri berada.
Begitu
terdengar suara darim rumpun bambu itu cepat-cepat I Bawi serenggi meninggalkan
tempat tersebut dan turun ke dunia menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh suara
tadi. Tapi malang kedatangan I Bawi Serenggi telah diketahui oleh Betari Sri
dan akhirnya betaripun mengutuk I Bawi Serenggi untuk menjadi babi galak,
terwujudlah kutukan Dewi Sri itu, benar-benar kini I bawi Serenggi telah
menjadi babi garang, tanah- tanah disana digaruk-garuknya hingga berserakan ke
sana-sini, pohon-pohon ditumbangkannya. Tingkah laku babi garang tersebut
membuat sang Raja menjadi murka, maka disuruhlah untuk menangkap babi tersebut,
karena kekuatannya sumua prajurit tak mampu menghadapinya. Akhirnya sang
rajapun turut membantu menangkap babi garang itu, pertempuran terjadi saling
seruduk, saring bergerombol, tak ada yang mampu mengalahkan, tiba-tiba sang
raja mendengar sabda gaib yang samar
dari angkasa, konon katanya jikalau mau mengalahkan babi tersebut hendaknya
jangan menggunakan senjata tajam, hanya dengan bambu runcing babi garang
tersebut bisa kalah. Lalu rajapun menghentikan pertempurannya , segera beliau
membuat bambu runcing untuk menghadapi babi tersebut, dengan senjata itulah
raja Medang kemulan menyerang babi garang itu bertubi-tubi, dan tubuh babipun
terluka parah, darahnya menyembur yang menandakan jiwanya akan segera
meninggalkan badannya. Sebelum jiwanya pergi ia sempat mengeluarkan kata-kata,
"Hai Gusti, kini cita-citamu untuk membunuhku telah berhasil, namun
cita-citaku untuk mempersunting Dewi Sri belum terwujud, selama itu pula aku
berjuang". Setelah selesai mengucapikan kata-kata maka lenyaplah jiwa I
Bawi Serenggi, darahnya berubah menjadi candang api, napasnya berubah menjadi
candang kubal, kukunya berubah menjadi candang getep, ekornya menjadi candang
kibul. Demikianlah kisah Kelulutan/ TATTWANING LULUT, candang-candang tersebut
adalah hama yang menyerang tanaman padi saat ini.
Umat
Hindu dimanapun berada, jika sudah memahami tentang tattwaning lulut bila dalam
lingkungan pekarangan muncul lulut maka mereka tidak akan diam berpangku
tangan, begitu juga akan membiarkan saja kejadian itu berlalu, akan tetapi
mereka segera melakukan upacara bhuta yadnya sekurang-kurangnya byakala
prassista, atau yang lebih lagi dengan caru eka sata dll, sesuai dengan
kemampuan dan keyakinannya.
Untuk
Lulut Kuning (Emas) upakaranya : suci
asoroh, dengan menggunakan daging ayam biing, tebasan, peras, lengkap dengan
sesantunnya, penyeneng palinggih, serta canang sari. Melakukan upacara
pemendakan terhadap betari sri sehingga dalam melangsungkan kehidupan ini
diberikan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, setelah selesai diupacarai segeralah
kembalikan ke tempat penyimpanan beras. Lulutnya disatukan ditaruh pada bungkak
kelapa tanam dibelakang/Teba, Hanyut ke sungai, atau sekalian ke segara juga
sangat bagus.
Untuk
Lulut Putih (Perak) upakaranya : Suci asoroh, dengan menggunakan daging ayam
putih, tebasan lengkap dengan sesantunnya, penyeneng palinggih serta canang
sari. Melakukan upacara pemendakan terhadap Betara Rambut Sedana agar dalam
menjalani kehidupan ini beliau menganugrahkan keselamatan, kemuliaan, dan
kesejahteraan. Setelah selesai upacaranya segeralah kembalikan ke gedong saren.
Lulut disatukan ditaruh pada bungkak kelapa lalu ditanam di belakang/teba,
hanyut ke sungai, atau jikalau memungkinkan sekalian ke segara bawa untuk
menghanyutkan segala kekotoran yang telah terjadi akibat ke munculan lulut
tersebut. Olih Jro Mangku Pasek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar