Selasa, 12 November 2013

BERBAGAI JENIS BANTEN



BERBAGAI JENIS BANTEN

Canang Genten

Sebagai alas dapat digunakan taledan, ceper ataupun daun pisang yang berbentuk segi empat. Diatasnya berturut-turut disusun perlengkapan yang lain seperti: bunga dan daun-daunan, porosan yang terdiri dari satu/dua potong sirih diisi sedikit kapur dan pinang, lalu dijepit dengan sepotong janur, sedangkan bunganya dialasi dengan janur yang berbentuk tangkih atau kojong. Kojong dengan bentuk bundar disebut "uras-sari".

Bila keadaan memungkinkan dapat pula ditambahkan dengan pandan-arum, wangi-wangian dan sesari (uang). Waulupun perlengkapan banten ini sangat sederhana, tetapi hampir semuanya mempunyai arti simbolis antara lain: jejaitan/tetuwasan reringgitan, melambangkan kesungguhan hati, daun-daunan melambangkan ketenangan hati. Sirih, melambangkan dewa wisnu, kapur melambangkan dewa siva, pinang melambangkan dewa brahma, suci bersih, dan wangi-wangian sebagai alat untuk menenangkan pikiran kearah kesegaran dan kesucian.

Canang ini, baik besar maupun kecil bahkan selalu digunakan untuk melengkapi sesajen-sesajen yang lain, hanya saja bentuk alat serta porosannya berbeda-beda.

Canang Buratwangi

Bentuk banten ini seperti canang genten dengan ditambahkan "burat wangi" dan dua jenis "lenga wangi". Ketiga perlengkapan tersebut masing-masing dialasi kojong atau tangkih. Burat wangi dibuat dari beras dan kunir yang dihaluskan dicampur dengan air cendana atau mejegau. Ada kalanya dicampur dengan akar-akaran yang berbau wangi. Lenga Wangi ( minyak wangi) yang berwarna putih dibuat dari menyan, 'malem" ( sejenis lemak pada sarang lebah), dicampur dengan minyak kelapa. Lenga wangi (minyak wangi) yang berwarna kehitam-hitaman dibuat dari minyak kelapa dicampur dengan kacang putih, komang yang digoreng sampai gosong lalu dihaluskan.

Ada kalanya campuran tersebut dilengkapi dengan ubi dan keladi (talas), yang juga digoreng sampai gosong. Biasanya untuk memperoleh campuran yang baik, terlebih dahulu minyak kelapa dipanaskan, kemudian barulah dicampur dengan perlengkapan lainnya. Secara keseluruhan "lenga-wangi" dan "burat-wangi" melambangkan Hyang Sambhu. Menyan melambangkan Hyang Siva, Majegau melambangkan Hyang Sadasiva sedang cendana melambangkan Hyang Paramasiva.

Banten ini dipergunakan pada hari-hari tertentu seperti pada hari Purnama, Tilem, hari raya Saraswati dan melengkapi sesajen-sesajen yang lebih besar.

Canang Sari

Bentuk banten ini agak berbeda dengan banten/canang genten sebelumnya, yaitu dibagi menjadi dua bagian. Bagian bawahnya bisa berbentuk bulat ataupun segiempat seperti ceper atau taledan. Sering pula diberi hiasan "Trikona/plekir" pada pinggirnya. Pada bagian ini terdapat pelawa, porosan, tebu, kekiping (sejenis jajan dari tepung beras), pisang emas atau yang sejenis dan beras kuning yang dialasi dengan tangkih. Dapat pula ditambah dengan burat wangi dan lengawangi seperti pada canang buratwangi. Di atasnya barulah diisi bermacam-macam bunga diatur seindah mungkin dialasi dengan sebuah "uras sari/sampian uras".

Canang sari dilengkapi dengan sesari berupa uang kertas, uang logam maupun uang kepeng. Perlengkapan seperti tebu, kekiping, dan pisang emas disebut "raka-raka". Raka-raka melambangkan Hyang Widyadhara-Widyadhari. Pisang emas melambangkan Mahadewa, secara umum semua pisang melambangkan Hyang Kumara, sedangkan tebu melambangkan Dewa Brahma.

Canang sari dipergunakan untuk melengkapi persembahan lainnya atau dipergunakan pada hari-hari tertentu seperti: Kliwon, Purnama, Tilem atau persembahyangan di tempat suci.

Canang Pesucian

Canang ini disebut juga canang pengeraos yang terdiri atas dua buah aled atau ceper. Pada bagian bawah berisi kapur, pinang, gambir, tembakau yang dialasi dengan kojong. disusuni beberapa lembar daun sirih, sedangkan aled atau ceper yang lain berisi bija serta minyak wangi yang dialasi celemik atau kapu-kapu kemudian dilengkapi bunga yang harum.

Tadah Pawitrah / Tadah Sukla

Bentuknya seperti canang genten ditambahkan dengan pisang kayu yang mentah, kacang komak, kacang putih, ubi dan keladi. Semua perlengkapan digoreng dan masing-masing dialasi tangkih dan kojong. Banten ini dipergunakan untuk melengkapi beberapa jenis sesajen seperti: daksina Pelinggih dan lain-lainnya.

Cane

Dipakai sebuah dulang kecil dihiasi dengan sesertiyokan dari janur. Ditengah-tengahnya ditancapkan batang pisang. Disekitarnya diisi perlengkapan lain seperti: Bija, Air cendana dan burat wangi, masing-masing dialasi dengan empat buah tangkir atau mangkuk kecil. Dilengkapi pula dengan kojong empat buah yang berisi tembakau, pinang dan lekesan yaitu, 2 lembar sirih yang dilengkapi dengan gambir dan kapur dan diikat dengan benang. Dapat pula ditambah dengan rokok dan korek api sebanyak empat batang.

Bunganya ditancapkan menlingkar pada batang pisang dan paling diatas diisi cili atau hiasan-hiasan lainnya. Cane dipergunakan terutama pada waktu upacara melasti dijunjung mendahului pratima atau dasksina pelinggih. Cane juga digunakan pada rapat-rapat desa adat untuk memohon agar pertemuan berjalan lancar. Setelah pertemuan selesai, cane akan dilebar yaitu dengan jalan membagi-bagikan air cendana, Bidja, Bunga serta perlengkapan lainnya.

Canang Meraka

Sebagai alas dari canang ini digunakan ceper atau tamas, diatasnya diisi tebu, pisang, buah-buahan, beberapa jenis jajan dan sebuah "sampian" disebut "Srikakili" dibuat dari janur berbentuk kojong diisi plawa, porosan serta bunga. Sesungguhnya masih banyak jenis-jenis canang tubungan, Canang Gantal, Canang Yasa. Canang pengraos dan lain-lain.

Pada umumnya bahan yang diperlukan hampir sama, hanya bentuk porosan dan cara pengaturannya yang berbeda. Rupanya pemakaian sirih, kapur dan pinang mempunyai dua fungsi sebagai simbul atau lambang yaitu:
- Sirih melambangkan Dewa Wisnu
- Pinang melambangkan Dewa Brahma
- Kapur melambangkan Dewa Siwa

Untuk persembahan biasa berfungsi sebagai makanan, dalam hal ini penggunaannya dilengkapi dengan tembakau dan gambir.
Daksina

Alas Daksina disebut wakul Daksina atau bebedogan. Kedalamnya berturut-turut dimasukan tampak (sejenis jejahitan berbentuk silang atau tampak dara) beras, sebutir kelapa yang sudah dikupas sampai bersih (mekelas), serta beberapa perlengkapan yang dialasi dengan kojong seperti telur itik yang mentah, bija ratus (campuran berbagai biji-bijian), gantusan (campuran berbagai jenis bumbu), Kelawa peselan (Daun salak, ceruring, Manggis,durian, dll), base-tampel, kemiri (tingkih), tangi, Pisang kayui yang mentah, uang, canang payasan, yaitu sejenis canang genten tetapi alasnya berbentuk segitiga ditempelin dengan reringgitan yang khusus. Dapat pula dilengkapi dengan canang buratwangi atau canang sari atau yang lain.

Perlengkapan seperti telur itik uang, ataupun gantusan kiranya dapat digolongkan buah sebab pengertian buah mempunyai arti yang agak luas. Persembahan yang berupa daksina dianggap sudah lengkap sebagai mana disut dalam Bagawadgitha. Disamping itu penggunaan telir itik dan uang rupanya mempunyai fungsi tersendiri secara umum kelapa dapat digolongkan sebagai buah, tatapi yang lebih diutamakan airnya.

Diusahakan mempergunakan telur itik bukan telur ayam sebab itik lebih banyak menunjukan sifat-sifat satwam sedangkan ayam lebih banyak menunjukan sifat rajas dan tamas oleh karena itu pula beberapa daksina terutama yang melambangkan bhutkala dipergunakan telur ayam, tetapi bila ditujukan kepada Hyang Widhi para Dewat dan Leluhur sedapat mungkin dipergunakan telur itik. Penggunaan uang yang disebut pula sesari atau akah kiranya untuk menyempurnakan isi daksina sehingga persembahan yang dilengkapi dilengkapi dengan daksina benar-benar diharapkan memberikan kesukseskan atau hasil yang sebagai mana diharapkan.

Daksina disebut Juga "YadnyaPatni" yang artinya istri atau sakti daipada yadnya. Daksina juga dipergunakan sebagai mana persembahan atau tanda terima kasih, selalu menyertai banten-banten yang agak besar dan sebagainya perwujudan atau pertapakan. Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa Daksina melambangkan Hyang Guru/ Hyang Tunggal kedua nama tersebut adalah nama lain dari Dewa Siwa.

Ajuman

Bahan perlengkapan yang diperlukan untuk membuat ajuman adalah: nasi yang disebut "penek" atau "telompokan", beberapa jenis jajan, buah-buahan, lauk pauk berupa serondeng atau sesaur, kacang-kacangan, ikan teri, telor, terung, timun, taoge (kedelai), daun kemangi (kecarum), garam, dan sambal. Sebagai alasnya dapat digunakan "taledan" atau yang lainnya. Di atasnya diisi dua buah penek, lauk pauk yang dialasi dengan tangkih berbentuk segitiga, jajan buah-buahan dan sampaian soda (sampian ajuman) berbentuk tangkih. Kadang bagian atasnya dibuat agak indah seperti kipas disebut "sampian kepet-kepetan". Dapat pula dilengkapi dengan canang genten/ canang sari/ canang burat wangi.

Ajuman disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut "perangkat atau perayun" yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper /ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain.

Peras

Perlengkapan serta cara penyusunannya hampir sama dengan ajuman, tetapi nasinya berbentuk tumpeng (dua buah), alasnya ditempeli "Kulit-peras" yaitu sejenis jejahitan yang khusus, sedangkan sampaiannya disebut Sampian Tupeng (Sampian Peras).

Banten ini boleh dikatakan tidak pernah dipergunakan tersendiri, tetapi menyertai banten-banten yang lain seperti: daksina, suci, tulang-sesayut dan lain-lainnya. Dalam beberapa hal, pada alasnya dilengkapi dengan sedikit beras dan benang putih. Untuk menunjukkan upacara telah selesai, maka seseorang (umumnya pimpinan upacara) akan menarik lekukan pada "kulit-peras", dan menaburkan beras yang ada dibawahnya. Pada lontar Yajna-prakerti disebut bahwa peras melambangkan Hyang Tri Guna-Sakti.

Kiranya kata "Peras" dapat diartikan "sah" atau resmi, seperti kata: "meras anak" mengesahkan anak, "Banten pemerasan", yang dimaksud adalah sesajen untuk mengesahkan anak/cucu; dan bila suatu kumpulan sesajen tidak dilengkapi dengan peras, akan dikatakan penyelenggaraan upacaranya "tan perasida", yang dapat diartikan "tidak sah", oleh karena itu banten peras selalu menyertai sesajen-sesajen yang lain terutama yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

Banten Jotan

Banten jotan (saiban) disebut pula "Yajnasesa", merupakan yadnya setiap hari bagi umat Hindu di Bali khususnya. Di India juga dapat ditemukan hal yang sama. Bahan perlengkapannya adalah: sedikit nasi, garam, serta lauk pauk lainnya yang baru dimasak. sebagai alas dapat dipakai daun atau piring kecil-kecil.

Banten Suci

Alas dari banten suci ini adalah beberapa buah tamas. Warna jajan yang dipergunakan adalah putih dan kuning, jajan yang berwarna putih ditempatkan disebelah kanan dan yang kuning ditempatkan disebelah kiri. Di antara jajan tersebut ada yang dinamakan "sasamuhan" terbuat dari tepung beras yang dicampur sedikit tepung ketan, parutan kelapa serta air. Campuran tersebut lalu dibentuk kemudian digoreng. Jajan-jajan tersebut ada yang diberi nama: Kekeber, Kuluban, Puspa, Karna, Katibuan-udang, Panji, Ratu-magelung, Bungantemu dan lain sebagainya.

Yang perlu diperhatikan di sini adalah perbandingan antara jajan yang berwarna putih hendaknya lebih banyak dari pada jajan yang berwarna kuning, misalnya 12:6, 9:5, 7:5, 5:4, dst.

Pada banten suci tiap tempat /tamas diisi perlengkapan yang jumlahnya telah ditentukan, seperti: tamas yang paling bawah berisi pisang, tape, buah-buahan, masing-masing 5 biji/iris, jajan sesamuhannya 1 biji tiap jenis: tamas yang kedua berisi 2 biji/iris, dst. Secara sederhana 1 soroh suci terdiri dari: Suci, daksina, peras, ajuman, tipat kelan, duma (sejenis banten) pembersihan, canag lengawangi/ buratwangi, canang sari dan buah pisang. Pada upacara yang agak besar dilengkapi dengan perayunan.

Banten Gebogan/Pajegan

Gebogan atau pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian makanan termasuk juga buah-buahan dan bunga-bungaan. Umumnya dibawa dan ditempatkan dipura dalam rangkaian upacara Panca Yadnya. Ini karena keindahan bentuknya, hanya digunakan hanya sebagai dekorasi.

Penjor

Pejor adalah sarana keagamaan sebagai persembahan dan juga perlambangan Gunung Agung, Naga Basuki dan Naga Ananta Boga.Penjor dipasang pada hari penampahan Galungan di depan pintu masuk sebagai pertanda kemenangan dharma. Penjor dengan segala perlengkapannya, yang menggunakan hiasan seperti daun daunan, ibi ubian, buah buahan, jenis jajan, kain uang kepeng sebagai simbul dari Naga Anantha Bhoga dan Naga basuki.

Kedua Naga ini perlambang anugrah dari Hyang Widhi. Naga Anantha Boga simbul tanah yang dapat membrikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi kehidupan manusia. Sedangkan Naga Basuki lambang keselamatan, yaitu selamat dari penyakit, penderitaan. Itulah sebabnya, penjor menyerupai bentuk Naga, dengan kepalanya di bawah penjor dilukiskan mulut dari naga.

Pada hari Umanis galungan penjor tersebut digoyang goyangkan sedikit agar dahan perlengkapan yang tergantung jatuh dengan maksud mohon anugrah dari Hyang Widhi. Setelah budha keliwon Pegatwakan, 35 hari setelah Galungan penjor dicabut dan sampahnya dibakar habis abunya dimasukan ke dalam kelapa gading ditanam di depan rumah dengan harapan agar memberi sesuatu kekuatan untuk memperkokoh jiwa agar penghuni menjadi selamat.

Lamak

Lamak adalah suatu ukiran dari janur, daun enau baik yang warna hijau maupun yang warna krem sebagai alas yang ditempatkan dalam suatu bangunan pelinggih. Dalam lamak terdapat berbagai ukiran simbol-simbol keagamaan yaitu: Simbul Gunungan atau kekayonan, Cili-cilian, Bulan, Bintang, Matahari dan sebagainya. Penggunaannya dilengkapi denga Plawa, Canang dan Dupa.

Selasa, 21 Mei 2013

SOCAN BUNGKUNG



  1. Jaga Satru, Mirah gadang meterawang kuning wiadin gadang, sarupaning paluning pande, kawisesan manusa punah, wiadin butha dengen, Kala pisaca punah denya, Dewa asih muaang Dewa pitara, Amastu Rahayu.
  1. Duk sang Pandawa nangun tapa ring Gunung Mandara Giri, aana geni ring ajeng, marupa Manik putih, Kukus, Ngaran Suttangsu, meteja kadi damar, mangurat ijo, palanya ngaran panulak musuh sakti, muang bucari.
  1. Mirah ireng masurya lalima kuning, ngaran Jaga Satru dahat utama.
  1. Mirah Bang blang putih, matemahan manik maya makliyab tangi dumilah metu kukus ngaran Windu Sara. Utama dahat penolak Satru. Pangemit raga, momon.
  1. Mirah bang makedep, katen saking ngencorot, kadi surya wawu endag, yang genahang ring jembung medaging toya ening, toya ika barak kadi rah, ika ngaran Mirah Ratna Rakta Mirah Bayu. Palanya tan katemah ring senjata, saluwiring pakaryan manusa, luwiring musuh asih, nembah, olas asih toyanya kaanggen pangelebur Mala dosa.
  1. Mirah bang mesurya dumilah, ngaran Mirah Adi, utama dahat anggen pekemit raga miwah pakurenan.
  1. Soca kuning, meteja kadi malah tan malah-malah tur madiyut kadi netraning kesari, metu kukus ngaran Sitangsu, sarin tanah ring genah Sang Arjuna manguntapa, anggen penolak Satru ngaran Jaga Satru.
  1. Mirah mesinar bang, memanik maya kuning luwih utama pengrangkep, pakemit raga, jaga satru pengasih agung.
  1. Mirah putih mekedep, cekok tuwi benjo, matoya kuning ring tengahne, tur makedep putih, diyut ipun sekadi intan, ngaran Jelijih Asli, anggen pasikepan raga, buntil ring sabuk.
  1. Mirah gadang sekadi buah anggur, matemahan manik asiji ring tengahnya dumilah nyemprot, ngaran Mirah Mata Kucing. Dahat utama yan meteja geni maurab tur madyanglalah, ngaran Jaga Satru Utamaning Utama.
  1. Mirah gadang, gadang nguda wiadin gadang wayah, mateja kadi tejaning damar mabiyanglalah, ika ngaran Mirah Jaga Satru Utamaning Utama. Akuweh pangraksanya. Sarupaning tampak palun pande, kawisesaning manusa, leyak, neluh nerangjana, desti, papendeman, acep-acepan, sami tan tumawuh miwah punah, luputing ala maala, selampahnya amangguh rahayu, widhi muang betara asih, palanya samangkana kejatinya.
  1. Mirah putih matuntang biru, meteja surya, ngaran Mirah Jaga Satru, dahat mautama palanya keanggen pangimpas-impas, pengangge sane medal ring saniscara wage.
  1. Saluwir batu campu besi, mas, perak, temaga, kuningan, timah, logamika anggen pangiid durjana.
  1. Batu bolong, les kelor, tiying buluh empet, anggen pangimpas agung tan kasoring Musuh, astawayang ring prajapati.
  1. Widuri wiraka sika. Soca tangi marupa dadu, mecelek tangi matutup barak, pengangge wong mebakti ring dewa.
  1. Kecubung. Mirah dadu mecelek tangi.
  1. Ratua rupa. Mirah putih kuning, meteja tiga, kawenang nglukat keni cetik.
  1. Kebo sakenang (kebo kunang-kunang). Soca putih (ireng) mekeliyab putih, makedop, tan patlehteh denya macelek pada jenar, wetu geni murub, buduhang wong istri.
  1. Bregeni. Mawak mirah bang makliyab putih, meteja tangi, wetu maandus putih, utama luwih.
  1. Mirah Ulu (Ulung). Mirah ireng makliyab, meteja barak, masuwat serat, jatinya mautama, dewanya Bathara Siwa, Pawuni sadarana, utama kaanggen mebakti ke dewa.
  1. Kusuma wiranata. Mirah biru meteja barak, kadi geni murub, maulat tejanya.
  1. Manggala Grawune Ulan. Mirah putih kuning, tejanya matungtung kuning nyatur manyeleg gading. Panganggen pemangku kahyangan tiga.
  1. Layon, putih mewarna pelung, tur matuktuk kuning mada matuktuk biru.
  1. Nila pangkaja, mirah biru anom, rupanya mebawa bang, mesawang sada dadu, kaanggen anak maoton Budha.
  1. Mirah bang biru parsi. Matelektek kecubung kasihan kanten, makejagat pitra nraka, kawenang manunggu swarga luwih.
  1. Bu manda anggun, mirah abang mebawa tangi, utama kaanggen mebakti ring dewa, turun dewane sembahta.
  1. Pada ngambu, mirah abang macelek treng.
  1. Manjangan Bang, merah terang bertitik dadu. Mirah abang mekliyeb kuning kadi surya, yang mangkana tejanya ya twi ngaran mirah adi utama.
  1. Ratna Maduri, mirah bang mecelek putih, druwen bethara Sambu, penganggen sang maoton Sukra.
  1. Cempaka, mirah kuning masuwat bang.
  1. Golo Raja Mertasanjiwani, mirah marupa cempaka pelung, masuwat putih, muwang maserat barak, matungtung kuning, majejer nguda cendana, druwen Sang Hyang Nilla Kanta, yang kena upadrawa, kena cor dening mitra, kapastu dening guru, katemah wong nista, karuwat pitranya anggon angentas, druwen bethara Siwa, witnya magenah ring mandara giri, kapingit antuk Betara Nawa Sanga.
  1. Tataksih Samudra Sara, mirah kuning meteja putih, metu kuskus kadi ombak, utama anggen mebakti ke segara muwang dalem, ring surya palanya Grahana muang Candra kapaangan.
  1. Yang kita manyidra ring daging soca utama, iki tengeranya, ring kandanya wilang denprayatna, poma, poma, poma. Saluwiring sane kabawos utama patut kekaryanang lelabaan, segehan bang, akepel, canang, manisan, segehan 9 tanding katur ring Bethara Sakti Tengahing Segara.
  1. Mirah Ireng kumedep, madyut biru, masinar kuning, maurat kuning kadi kalimayah, ngaran Siwa Sekala, mirah utama panganggen sang Putus Angawerat. Palanya asih wong kabeh, astawayang ring Sang Hyang Tiga Sakti.
  1. Mirah barak mesawang ireng, tur maburat kadi padma, putih burat ipun maketel selem, ngaran Padma Agung, utama dahat anggen gegelaran ring pakurenan pengelebur mala, Widhi asih.
  1. Mirah ireng kumedep biru mesawang gadang dumilah, tur matemahan manik maya, kuning, ika mirah utama, pelinggih Ida Siwa Tiga, anggen gegelaran rang Raga, Dewa Asih, nangin arang Mirah Ika.
  1. Mirah cempaka wilis, maurat kadi rambut, ngaran Mirah rambut Sedana, utama dahat, wenang anggen pengasih, miwah pangastawa ring Ida Ayu Swabawa ring Kahyangan Melanting, sane sampun kawuswus ring saudagar ageng miwah alit, patut kasungkemin antuk para dagang sami.
  1. Mirah Ijo Manten, pirus, zambrud, sapir biru, wenang kaanggen ring sane medal dina Sukra pon.
  1. Mirah Ireng Maening kumedep, tan pata leteh, masurya kadi surya wawu endag, mabyanglalah, makukus kadi tejan damar, ngaran Kresnadana.
  1. Mirah kadi batun delima, mawarna putih, bang nguda, ijo kuning, ireng, biru, ungu, wiyadin alit miwah cekak-cekok, ika tuwi sarin tanah, sarin toya, sarin sinar, ika mardugama jati merangkap.
  1. Mirah ireng makedep, madyut putih miwah kuning, kadi sang ketatur madaging urat leser kuning, metu teja ijo muwang biru, masinar kadi namu-namu, metu geni ngaran Pharta Wijaya. Utama dahat kaanggen anak Agung.
  1. Mirah Winda Sara, sarin tanah genah sang Bima mayoga, anggen pengijeng pekarangan, penolak musuh sakti. Warnanya abang mebawa tangi, mateja geni murub dumilah, sinar surya, mirah masurya kembar, surya candra ngaran sarin tanah ring genah sang Nakula mangun tapa. Utama anggen ngastwa ring Bethara Tiga Sakti.
  1. Mirah bang macelek putih matemahan Manik Maya ngaran Ratna Dwitya, penganggen anak istri.
  1. Mirah marupa kadi getih, dumilah tan matah-matah, metu kukus matemahan manik maya ngaran.
  2. Indra Danda, biru putih bercampur merah
  3. Widura Biru, biru di bawahnya hitam
  4. Indra Nila, biru bercahaya putih (permata mulia)
  5. Widura ungu, hitam bertitik putih
  6. Krishna, hitam bercahaya
  7. Krishnadana, hitam bercahaya putih (sangat mulia)
  8. Kebo Kunang-kunang , hitam pekat bertitik putih
  9. Bangsing, hitam bersinar.
  10. Ratna Cempaka, kuning bersinar merah.
  11. Mutiara, kuning lembut bercahaya putih
  12. Santen, hijau bercahaya putih
  13. Mirah Kecubung, tangi bercahaya merah
  14. Kecubung kasihan, putih bercahaya tangi
  15. Kusiaraga, jingga bersinar (mulia sekali)
  16. Mirah Ulung, hitam bersinar merah
  17. Bubur Bang, tangi bercahaya putih (mulia)
  18. Mirah Adi/Bang, merah bersinar terang (sangat mulia)
  19. Menjangan Bang, merah terang bertitik dadu
  20. Windusara, merah berkilau bercahaya putih amat mulia
  21. Ratna Pangkaja, merah bersinar tangi
  22. Nila Pangkaja, biru agak dadu bercahaya merah (mulia)
  23. Ratna Sewala, putih bercahaya biru
  24. Ratna Banyu, putih bercaha hijau
  25. Ratna Ulan, putih berkilau-kilauan
  26. Pestal, putih bianglala
  27. Jaga Satru, Hijau bercahaya kuning
  28. Padma Kara, kuning bercahaya jingga (mulia)
  29. Indra Raksa, putih alus bercahaya merah
  30. Putran Jiwa, putih bersih bercahaya merah
  31. Dwidatu, hitam bercahaya kuning














TUTUR RERAMA



SURGA DI TELAPAK KAKI IBU


                        "IBU, dalam kegalauan hatiku menjalani kehidupan ini, kemanakah aku harus mencari tuntunan dan pijakanmu?"
"Nak, heninglah sejenak. Bebaskan pikiran mu dari tugas-tugasnya untuk memahami kehidupan yang tak kuasa di pahaminya. Biarkan ia istirahat dan hanya menjadi pendengar bahasa hatimu yang netral. Dengarkan pesan-pesannya yang bijak dan bebas dari penilaian. Karena saat itulah , Sang Jiwa dalam dirimu, sedang bicara padamu sebagai hati nurani.                                                                                                                                                                         

            " Baiklah Ibu, Ajarkan padaku bagaimana caranya agar aku bisa melupakan peristiwa saat seseorang menyakiti perasaanku?"
"Nak, tepat saat batinmu disakiti seseorang, terimalah. Sebab saat itu pula hutang karma mu terbayar lunas. Rasa sakit yang pernah kau timbulkan pada hati orang itu di kehidupan sebelumnya, kini telah terbalas. Maka bersyukurlah hutang karmamu terhapus dan kau telah bebas dari dosa masa lalumu itu."  
                                                                                                                     
               "Ibu, saat kesabaran ku sudah benar-benar habis menghadapi kata-katanya padaku, apa yang harus kulakukan?"
"Nak, selama kata-katanya tidak membunuh mu, biarkan saja. Karena dengan      mendengarkan semua kata-katanya yang menyakitkan itu, kau sungguh sedang membantu-Nya menyembuhkan orang itu dari penderitaan yang dialami batinnya. Sebab, hanya orang yang menderita yang akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan."       
            
                  IBU, jika aku sendiri tidak membalas orang yang menyakiti perasaanku, siapa yang mengajari     
                                   orang itu agar tidak lagi menyakiti orang lain?.
            "Nak, jika orang menyakiti hatimu, justru dialah yang mengajarimu bersabar. Biarlah orang lain yang mengajarinya untuk lebih baik. Jika tak ada yang menyakitimu, siapakah yang nanti akan melatihmu tentang kesabaran?". 
  
                  IBU, ajarkanlah padaku bagaimana caranya mengendalikan pikiran yang begitu liar dan 
                                       sering  kali malah menyakiti diriku sendiri!
            "Nak, jika kau tak kuat mengendalikan pikiran-pikiran yang merugikan hidupmu, ikuti saja kemana imajinasimu membawanya, namun begitu jangan sertakan rasa hati agar bathinmu tidak ternodai olehnya. Jangan pula kau ikuti dengan kata-kata apalagi menjadi prilaku. Biarkan itu hanya menjadi pikiran yang lama-lama akan terhenti sendiri".

           IBU, ajarkan padaku rahasia  tentang dosa, agar aku bisa terhindar darinya dalam kehidupan ini.
            "Nak, dosa adalah segala hal dari pikiran, kata-kata dan prilaku yang membuatmu menyimpang dari sifat sejatimu yang penuh cinta kasih, atau segala hal yang membuat perjalanan hidupmu dalam tubuh manusia ini menyimpang dari tujuan kelahiranmu, itulah Dosa.  Rasa bersalah terhadap penyimpangan itu akan kau rasakan sebagai hukuman pada bathin, inilah yang kau sebut sebagai hukuman atas dosa-dosa. Untuk menghindarinya jadilah pribadi yang penuh cinta kasih". 

                              IBU, jika aku berhenti atau tidak percaya lagi dengan hukum karma, apakah aku tetap 
                                                           terikat pada hukum tersebut?".
            "Nak, hukum karma bukanlah untuk dipercaya atau tidak dipercaya, ia hanya  perlu diketahui ada sebagai suatu keniscayaan yang mengatur semesta ini, kau boleh percaya atau tidak percaya bahwa jika kau menyentuh api tubuhmu akan terbakar, jika kau menyentuh air tubuhmu akan basah, merasakan manis jika mencicipi gula atau bahkan merasakan pedas jika kau memakan cabai. Tapi semua itu ketahuilah akan tetap terjadi sebagaimana mestinya, entah kau masih percaya atau tidak pada hukum karma, maka hati-hatilah memilih karmamu sendiri, karena dengan itulah kau akan mendapatkan Pahalamu".

                              IBU, kenapa cinta dan kasih sayang akan memudahkan kita dekat dengan apa yang kita 
                              harapkan, dan kebencian akan menjauhkan kita dari kebahagiaan yang kita harapkan?
            "Nak, di alam semesta ini tercipta dan berlaku hukum Panas  dan Dingin. Panas akan memisahkan materi-materi yang ada, dan Dingin akan membuatnya mendekat dan bahkan menyatu kembali. Kebencian adalah panas  yang akan memisahkanmu dari  harapan dan cinta serta kasih sayang adalah kesejukan yang akan mendekatkan segala harapanmu. Dengan hukum sebab akibat ini maka jika kau memilih memiliki hati yang sejuk penuh cinta kasih maka akan banyak pribadi-pribadi yang mendekat padamu, demikian pula sebaliknya".

                           IBU, apa pesanmu yang mesti kusimak pada malam sepi yang gelap ini?.
            "Nak, hanya malam yang benar-benar gelap, setitik cahaya akan mudah kau temui dan kau syukuri. Begitulah dalam gelapnya penderitaan hidup yang kau alami, hanya dengan itu kau bisa mensyukuri berkah-berkah dari-Nya sekalipun hanya setitik cahaya akan bisa memberikan harapan padamu untuk melangkah dengan selamat".

                 IBU, begitu banyak cobaan dan ujian mesti ku jalani dan ku lewati dalam kehidupan ini, sampai  
                                           kapankah akan berakhir segala  penderitaan ini.
            "Nak, segala ujian serta cobaan bagi bathin dan mentalmu dalam hidup ini akan terhenti tepat ketika kau berhasil menghentikan keluhan-keluhan atas kesulitan hidup yang kau alami, selama kau masih mengeluh, selama itu pula kau akan merasakan hidupmu dipenuhi cobaan dan godaan,"Nak, sebagai AYAH-IBU semestamu, hari ini akan aku bukakan rahasia kenapa selama ini aku tidak selalu dengan cepat membangunkanmu  setiap kali kau terjatuh dalam penderitaan dan duka duniawi, itu tiada lain karena sesungguhnya aku hanya ingin melihatmu mau tumbuh kian tegar dan bangkit dengan caramu sendiri, kau mesti belajar tumbuh matang demi kelahiranmu sendiri. Sebab kelak dalam kesadaran semesta Jiwamu sendiri akan bersama-Nya kembali menjadi Ayah-Ibu bagi semesta raya ini".

                             IBU, hidup ini terasa begitu sulit untuk kulalui, bahkan rasanya aku ingin mati saja demi 
                                             terbebas dari beban hidupku, apa yang mesti kulakukan?.
            "Nak, kenapa kau meremehkan begitu saja dirimu, jiwamu bagian dari-NYa, tubuhmu tercipta dari materi semesta raya ini, dan kau sendiri tercipta dari kesempurnaan kreasi-Nya. Meremehkan dirimu berarti kau meremehkan ciptaan-Nya. Bangkitlah, temukan bekal kecerdasan yang sudah kau miliki dalam dirimu untuk bisa hidup di dunia ini. Dan mulai berhentilah berpikir bahwa kematian akan membebaskanmu dari beban penderitaan, selama kehidupan ini masih menjadi beban bagimu, maka kematianpun akan menyisakan beban bagi Jiwamu".

                                     IBU, bagaimana caranya untuk bisa selalu bahagia di kehidupan ini?.
            "Nak, setiap ruang dan waktu dalam kehidupan ini selalu dipenuhi oleh bagian yang bahagia dan tidak bahagia, pikirkanlah bagian yang pernah membahagiakanmu di masa lalu, yang sedang membahagiakanmu di masa kini dan yang akan membahagiakanmu di masa depan, maka seluruh hidupmu akan dipenuhi oleh kebahagiaan. Kau hanya perlu berlatih untuk melihat bagian-bagian dari kebahagiaanmu".

                    IBU, aku menyerah menghadapi penderitaan hidup ini, bebaskanlah aku dari semua duka ini.  
            "Nak, untuk setiap penderitaan yang kau alami di kehidupan kali ini, kau memiliki dua pilihan : menjalaninya dengan ikhlas dan berusaha tegar lalu bangkit setelah semua itu berlalu, atau kau bisa menyerah dan meninggalkan kehidupanmu kali ini.  Namun begitu untuk setiap penderitaan yang tak berhasil kau pahami rasa dan tujuan kehadiran-Nya  dalam hidupmu, kau akan mengalami lagi dalam kehidupan berikutnya hingga kau mampu memahami dan melewati sebagai pembelajaran  demi pembebasan jiwamu nanti".       

                           IBU, untuk apa sesungguhnya aku dipertemukan dengan orang-orang yang sifat dan sikap 
                                                            pribadinya begitu sulit kupahami?
            "Nak, setiap orang yang hadir dalam hidupmu adalah cermin bagimu untuk mengetahui tingkat kematangan jiwamu dalam kehidupan ini. Untuk setiap orang yang sifatnya belum kau pahami, sebenarnya ia sedang menunjukkan bahwa ada bagian dari sifat-sifatmu sendiri yang belum kau pahami, hanya saat kau benar-benar memahami dirimu sendiri kau akan mudah memahami orang lain sesulit apapun itu, itulah kematangan jiwamu anakku".

                          IBU, ajarilah aku cara termudah untuk memperbaiki sifat-sifat buruk orang agar mereka 
                                                   menjadi baik.
            "Nak, mulailah dengan tidak menilai bahwa sifat orang tersebut buruk, karena menilai orang lain buruk adalah sifat yang buruk. Lalu lakukan perubahan  sifatmu sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam kehidupan ini dan biarkan orang lain yang meneladaninya jika itu bermanfaat bagi mereka".

                    IBU, betapa sulit nya mencegah dan menghilangkan kemarahan, tolong ajarkan padaku!.
            "Nak, kemarahan dimulai saat pikiranmu menilai bahwa sesuatu itu tidak pantas terjadi dalam kehidupanmu, karena kau terlanjur mengharapkan sesuatu yang berbeda dari semua kenyataan itu. Maka belajarlah melihat bahwa sesuatu yang tidak kau inginkan itu adalah sesuatu yang sesungguhnya pantas kau alami sebagai bagian dari putaran hukum karma yang mesti kau lalui, saat kau pahami rahasia rahasia karma dalam kehidupanmu kau akan dengan mudah mengendalikan amarah  sebab kau telah melihat kepantasan dari apa yang pernah kau alami, tak lain dari karmamu sendiri terdahulu".

                            IBU, aku ingin melakukan pekerjaan yang mulia di bumi ini, beritahulah Ibu, pekerjaan 
                                                       apa yang mesti aku lakukan?.
"Nak, setiap pekerjaan yang dilakukan sebagai persembahan kepada semesta dengan penuh cinta kasih adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dan karena jiwamu adalah bagian dari-Nya yang berada dalam tubuhmu, maka lakukanlah pekerjaan tubuh dan pikiranmu di dunia ini sebagai bentuk persembahan bagi jiwamu yang ingin mengabdikan hidupmu di semesta ini dengan penuh cinta kasih. Itulah pekerjaan mulia karena dikerjakan dengan hati dan jiwa yang mulia".