Minggu, 30 Agustus 2015

SEMBILAN CARA BERBHAKTI





Om Anobadrah krtawoyantu  visvatah
Berbhakti kehadapan Tuhan sangatlah diwajibkan oleh semua agama yang ada di alam semesta ini, tak pelak Agama Hindu mewajibkan bhaktanya berbhakti kehadapan Hyang Widhi Wasa. Jalan untuk mencapai Hyang Widhi itu disebut dengan Catur Marga. Catur Marga adalah suatu konsep yang diajarkan di dalam weda yang secara umum berarti empat jalan untuk mencapai inti sari kebenaran dan kebahagiaan. Catur Marga terdiri dari :
1.      Bhakti Marga   : suatu usaha untuk mencapai jagadhita dan moksa dengan jalan sujud bhakti kehadapan Hyang Widhi.
2.      Karma Marga  : suatu jalan atau usaha untuk mencapai jagadhita dan moksa dengan melakukan kebajikan, pelayanan, tugas, persembahan dan amal dengan tiada terikat oleh nafsu hendak mendapatkan kemasyuran, kewibawaan, dan keuntungan lainnya.
3.      Jnana Marga   : suatu jalan atau cara untuk mencapai jagadhita dan moksa dengan mempergunakan kebijaksanaan filsafat (ilmu Pengetahuan).
4.      Raja Marga    : suatu jalan untuk mencapai jagadhita dan moksa melalui pengabdian diri kepada Hyang Widhi Wasa yang didasari oleh asana, yoga konsentrasi dan meditasi pada atman untuk merealisasikan Tuhan dalam kehidupan.
Jalan/marga yang paling sederhana dalam kehidupan saat ini (jaman Kali) adalah Bhakti Marga. Disini Tuhan diwujudkan sebagai penguasa yang sangat penyayang, diibaratkan sebagai ayah, ibu, kakak, sahabat, tamu dan sebagainya.Orang yang melaksanakan jalan ini menginginkan kebahagiaan rohani, menurut bhakti marga Tuhan adalah sosok yang sangat dekat, umum dan dapat dengan mudah dicintai dan didekati dengan berbagai cara yang diyakini, seperti yang termuat dalam kitab suci bhagavadgita IV.11 sebagai berikut  :

"Ye yatha mam prapadyante, Tams tathaiva bhajami aham
Mama vartmanuvartante, Manusyah partha sarvasah".

artinya  : Bagaimanapun jalan manusia mendekati-Ku, aku terima, wahai arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan
Nawa Widhi Bhakti adalah 9 jenis bhakti kepada Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari - hari, sebagaimana yang disebutkan dalam serba serbi Hindu, Nawawidhi Bhakti yang terdiri dari : 1. Sravana,  mendengarkan pembacaan kitab-kitab suci (weda) baik kidung, kekawin, (mantra) seha, puja, weda,dll kemulian Hyang Widhi. 2. Kìrtanam, mengucapkan / menyanyikan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa, 3. Smaranam, mengingat nama-Nya atau bermeditasi tentang-Nya, 4. Pàdasevanam,menyembah di kaki Tuhan memberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk melayani, menolong berbagai mahluk ciptaan-Nya, 5. Arcanam, memuja keagungan-Nya, 6. Vandanam, membaca kitab-kitab suci weda serta sujud dalam  kebhaktian, 7. Dàsya, melayani-Nya dalam pengertian mau melayani mereka yang memerlukan pertolongan dengan penuh keikhlasan, 8. Sàkhya, memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati, yang memberikan pertolongan ketika dalam bahaya 9. Àtmanivedanam,  penyerahan diri secara total kepada-Nya.
Dari sembilan cara berbakti kehadapan Hyang Widhi ini memberikan kebebasan kita melaksanakan yadnya yang sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.  Dalam setiap pemujaan hendaknya kita memahami tata cara yang ditetapkan, agar apa yang menjadi keinginan kita, dapat tercapai secara maksimal. Begitu kita sampai di Pura mulailah mengheningkan pikiran yang tertuju pada kemahakuasaan Hyang Widhi, duduk dengan tenang dan dengarkanlah kidung-kidung suci yang dikumandangkan oleh para bhakta, kekawin, sekar alit, dan puja-puja pendeta nan agung. cuma mendengarkan dan meresapinya maka kita akan melakukan yadnya yang pertama 11٪ (Sravanam). Jika ada kesempatan maka pergunakanlah bibir kita untuk melantunkan satu bait kidung suci warga sari ke hadapan Yang Maha Kuasa untuk melaksanakan yadnya kedua 22٪ (Kirtanam). Begitu lama untuk menunggu acara persembahyangan bersama lakukanlah meditasi, pusatkan pikiran kita pada kebesaran Hyang Widhi, ingatlah selalu, cintai dan simpan dalam hati, kita akan melaksanakan yadnya ketiga 33 ٪  (Smaranam). Persembahyanganpun akan segera dimulai dengan melaksanakan panca sembah kita menyembah di kakiNya Tuhan dengan penuh konsentrasi, ketulusan hati, dan keiklasan jiwa melaksanakan yadnya keempat 44 ٪ (Padesevanam). Di dalam melaksanakan panca sembah sertai dengan beberapa doa dan pengharapan dengan melukan puja stuti, lantunkan bait-bait mantra sesuai dengan persembahyangan maka yadnya kelima 55٪ (Arcanam). Persembahyangan telah selesai dilanjutkan dengan memohon tirtha wangsuh pada, bila memungkinkan bacalah beberapa bait sastra yang terdapat dalam sarasamuscaya, bagavhadgita, purana, nitisastra dll. itu akan mencapai pada yadnya keenam 66٪ (Vandanam). Setelah selesai membaca kitab suci maka bersihkanlah lingkungan tempat duduk dengan mengambil bekas sarana persembahyangan seperti bunga, kwangi dan sampah lainnya untuk ditaruh pada tempat yang telah disediakan, serta sediakan sedikit waktu untuk membantu mereka yang memerlukan pertolongan untuk membagikan tirtha/wija, mengambilkan sesajennya dll. akan sampai pada yadnya ketujuh 77٪ (Dasyam). Perasaan puas lahir bhatin telah mendapatkan apa yang menjadi tujuan datang ke pura untuk bersembahyang, maka tanamkanlah selalu di dalam hati sisihkan tempat untuk bersemayamnya Yang Maha Kuasa sebagai sahabat sejati yang akan menolong kita dikala suka dan duka, tebarkanlah perasaan yang sama terhadap semua ciptaanNya agar sampai pada yadnya kedelapan 88٪ (Sakhyam). akhirnya serahkan diri sepenuhnya kehadapan sang Maha Pencipta karena semua yang ada tak pernah terlepas dari pengaruhNya. Didalam menjalani kehidupan ini jelas akan menemui berbagai rintangan, hambatan, tantangan. Maka mulailah menyadarkan diri sepenuhnya untuk pasrah, tulus, ikhlas dan berserah diri ke hadapan Hyang Widhi agar mencapai yadnya kesembilan 99٪ (Atmanivadanam).
Demikian mudahnya kita melaksanakan tahap-tahap persembahyangan, namun dewasa ini sangat sulit untuk diterapkan, kenapa???, karena dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan hampir 90٪ bhakta yang hadir ke pura tidak terlepas dari pengaruh Hand phone, tidak anak-anak, remaja bahkan dewasa dan orang tua masih keterikatan dengannya, bahkan rasanya jauh lebih sayang dari pada Hyang Wihdi. Banyaknya permainan, BBM-an, sms-an, face book-an dll, disana sini terdengar suara dering ring tone akan terasa mengganggu untuk menenangkan pikiran pada Yang Maha Agung, kapan Srawanamnya, kapan Kirtanam dllnya, sedang khusuknya sembah puyung tiba-tiba ,,,tilulitttt,,,,tilulittttt, konsentrasipun akan buyar. Mungkin saja yadnya yang dilakukan langsung kesembilan 99 (sia-sia), karna begitu terdengar himbauan dari prawartaka yadnya untuk melakukan panca sembah baru saja menaruh Hp, kemudian membakar dupa dan tiba-tiba sudah mulai sembah puyung, sungguh tragis mungkin dalam hati mengumbat "pelanin dikit apa sih"!!!!! Pendeta sudah lanjut ke sembah berikutnya, tambah berabe.....
Mudah-mudahan tidak ada seperti itu, kalaupun ada mulailah mulat sarira, introspeksi diri, kita ke pura paling lama 30-45 menit, luangkan waktu untuk Beliau. dan kalaupun ada rasa bijaksana begitu sampai di pura mulailah Non Aktifkan Hpnya, jika semuanya bisa begitu tahap Atmanivadanam jelas akan tercapai, beryadnya tidak akan 99 (sia sia), semoga, semoga, semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar