Minggu, 17 Agustus 2014

TABUH RAH DAN TAJEN



TABUH RAH
Pengertian tabuh rah dewasa ini memang mengalami sedikit kesimpangan, kesempatan untuk melaksanakan tabuh rah sering kali dimanfaatkan untuk melaksanakan tajen, manakala prosesi upacara pada suatu pura dilaksanakan tidak terlepas dari pelaksanaan tajen. Tajen dan tabuh rah memiliki pengertian yang berbeda, Tabuh Rah adalah taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara agama (yadnya), binatang-binatang yang sering kali dipakai dalam pelaksanaan tabuh rah adalah : ayam, itik, babi, kerbau dll. Cara penaburan darah dari binatang korban itu adalah dengan menyambleh dan perang sata tiga perhelatan, disaat perang sata digelar tidak jarang disertai pula dengan mengadu : kelapa dengan kelapa, telor dengan telor, kemiri dengan kemiri, pelaksanaan ini disertai dengan menggunakan andel-andel dan perlengkapan upakara lainnya. Tabuh Rah ini dilaksanakan pada tempat dan saat-saat upacara besar berlangsung, yang mana kebanyakan para yajamana karya diberikan kesempatan untuk mengadu  sarana tabuh rah tersebut. Pada waktu perang sata dilaksanakan disertai pula dengan toh/bebuat dedamping yang maknanya sebagai pernyataan atau perwujudan dari keikhlasan sang yajamana beryadnya, dan bukan bermotif judi. Bilamana perang sata berakhir kemudian toh/bebuat tersebut akan diserahkan kepada sang yajamana sebagai pelaksana kegiatan upacara yang selanjutnya akan dipakai pula untuk menunjang biaya pelaksanaan yadnya tersebut.
Tajen adalah suatu kegiatan perjudian yang dilakukan dengan cara mengadu ayam yang disertai dengan menggunakan taji di kaki ayam jantan. Pelaksanaan tajen ini tidak menghitung hari, kapanpun dimanapun, kalau sudah ada kesempatan dan ada pendukungnya seperti pelaku tajen, ayam aduan dan uang, ke tiga unsur tersebut sangat erat kaitannya dengan tajen. Tajen apakah kebudayaan?, bukan tajen adalah kebiasaan dan kebisaan, bagi mereka yang tidak bisa dan tidak biasa ke arena tajen akan merasakan asingnya kawan dan lawan, karena tidak paham dengan isyarat-isyarat yang digunakan dalam bertajen, banyak sandi-sandi/kode yang dipakai kala bertaruhan, dengan beragam bahasa judi sehingga yang terbiasa di arena tajen akan cepat sekali paham dan mengerti maksud lawan. Lalu kebudayaannya yang mana?, kebudayaan terkait dengan agama dan adat istiadat, tabuh rah adalah suatu kebudayaan hindu yang sudah sejak dahulu memang telah diwariskan oleh para leluhur kita, ini terbukti dari beberapa lontar kuna/prasasti-prasasti yang memuat tentang pelaksanaan tabuh rah. Sebut saja prasasti Batur Abang A I, tahun 933 saka yang bunyinya antara lain  :".......mwang yan pakaryyakaryya, masanga kunang wgila ya manawunga tlung parahatan, ithaninnya tan pamwita, tan pamwata ring nayakan saksi......", yang artinya kurang lebih demikian, ".....lagi pula bila mengadakan upacara-upacara misalnya tawur kesanga patutlah mengadakan sabungan ayam tiga sahet di desanya, tidaklah minta ijin, tidaklah membawa (memberitahukan) kepada yang berwenang"
Jadi jelas pada saat adanya upacara tawur kesanga atas perintah raja di kala itu memberikan kewenangan kepada seluruh warga masyarakat untuk melaksanakan tabuh rah untuk mengikuti proses rangkaian tawur, kebudayaan itu menjadi tradisi sampai sekarang, yang mana pelaksanaan tawur selalu dirangkai dengan mengadakan tabuh rah. Tradisi/kebiasaan itu mulai berkembang yang mana dengan dalih tabuh rah kini telah mengacu pada proses perjudian dengan mengadakan sabungan ayam/tajen berkali-kali, tidak yang semestinya diadakan cuma tiga kali. Apa ada yang salah?, tidak semua kembali kepada tradisi. Tradisi bukan agama namun agama harus ditradisikan. Tradisi bisa saja berubah sesuai dengan perkembangan jaman, situasi kondisi sangat memungkinkan untuk merubah tradisi, tetapi agama, adakah yang merubah agama?, sulit, karena agama adalah kitab suci. Di dalam kitab suci agama sudah digariskan, ditentukan apa yang mesti penganutnya jalankan. Segala ilmu pengetahuan sudah tersurat dalam kitab suci, tak tertinggal pula tabuh rah, di dalam Lontar Siwa Tattwa Purana disebutkan, "....muah ring tileming kesanga, hulun magawe yoga, teka wang ing madyapada magawe tawur kesowangan, den ana pranging sata, wnang nyepi sadina ika labain sang kala dasa bhumi, yan nora samangkana rug ikang ning madhyapada" artinya ".....lagi pula pada tilem kesanga aku (betara siwa) mengadakan yoga, berkewajibanlah orang yang berada di bhumi untuk membuat persembahan masing-masing, lalu adakan pertarungan ayam, dan nyepi sehari, (ketika) itu berikan korban (hidangan) sang kala dasa bhumi, jika tidak celakalah manusia di bhumi"
Ini menjadi dilema dimasyarakat, terjadilah pilihan tabuh rah apa tajen?, jelas kalau tabuh rah adanya rangkaian kegiatan upacara agama. Kalau tajen kapan saja dimana saja yang penting jadiiii.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar