Selasa, 27 Oktober 2015

TANDA-TANDA SUKSESNYA UPACARA AGAMA HINDU



Pertanda Upacara Yadnya yang Sukses
Aphalakaanksibhir yadnyo
Vidhi drsto ya ijyate
Yastavyam eveti manah
Samaadaya sa saatvikah
(Bhagavad Gita, XVII.11)
Maksudnya: Yadnya yang dilakukan menurut petunjuk kitab suci (vidhi drstah), dilakukan dengan ikhlas, yang sepenuhnya dipercaya bahwa yadnya itu sebagai suatu kewajiban suci. Yadnya yang demikian itu tergolong Satvika Yadnya.
Kata “upacara” berasal dari bahasa Sansekerta artinya “mendekat”. Sedangkan yadnya artinya pengorbanan yang suci dengan perasaan yang tulus dan ikhlas. Jadi, upacara yadnya adalah suatu upaya spiritual dengan bentuk ritual/upakara dengan tujuan mendekatkan diri pada Tuhan berlandasan bhakti yang suci dan penuh keikhlasan. Bhakti pada Tuhan itu lebih lanjut didayagunakan untuk meningkatkan keluhuran moral dan daya tahan mental untuk memelihara kesejahteraan alam dengan asih serta mengabdi pada sesama manusia dengan landasan punia. Asih dan punia itulah sebagai wujud bhakti kita kepada Tuhan. Jika bhakti itu tanpa rnenyayangi alam Iingkungan dan mengabdi pada sesama dengan tulus maka bhakti akan sia-sia saja. Selanjutnya upacara yadnya itu ada upakaranya. Kata upakara dalam bahasa Sansekerta artinya melayani. Karena itu dalam Lontar Yadnya Prakerti bentuk-bentuk upakara itu sebagai lambang pelayanan kepada Tuhan, kepada sesama manusia dan juga pelayanan kepada alam atau bhuwana.
            Dari pemahaman tersebut dapat dinyatakan bahwa suksesnya suatu upacara yadnya apabila ada secara nyata upaya melestarikan alam lingkugan, adanya perhatian yang nyata pada nasib sesama sehingga hubungan manusia dengan manusia semakin harmonis, dinamis dan produktif secara spiritual dan meterial. Hal itu terjadi sebagai wujud pelaksanaan upacara yadnya yang satwika. Kalau terjadi sebaliknya maka dapat dinyatakan upacara yadnya itu belum sukses. Kalau bhakti itu kenyataanya membuat alam semakin merosot kuantitas dan kualitasnya dan hubungan dalam masyarakat semakin tidak harmonis, apalagi sampai terjadi permusuhan, itu pertanda upacara yadnya tersebut gagal mewujudkan misi sucinya. Apalagi upacara yadnya penyelenggaraanya boros, karena dalam pustaka Ariandadayi menyatakan ada empat hal yang tidak boleh diboroskan yaitu: tidak boleh sampai membuangbuang makanan, pemakaian uang tidak tepat guna, tenaga tidak boleh dibuang sia-sia dan tidak mengulur-ulur waktu.
Agar upacara itu sukses, lakukanlah upacara yadnya yang satvika sebagaimana dinyatakan dalam kutipan Sloka Bhagawad Gita XVII, 11, 12 dan 13. Ada tiga kualitas upacara yadnya utama itu pengertiannya dipadukan dengan satvika yadnya menurut kitab suci Bhagawad Gita. Apalagi menurut Manawa Dharmasastra 1.86 prioritas beragama zaman Kali adalah dhana punia bukan upacara. Karena itu upacara yadnya yang diselenggarakan agar lebih diutamakan kegiatan berdana punia terutama untuk memajukan pendidikan. Upacara yadnya diselenggarakan disamping tujuan utamanya untuk berbhakti padaTuhan juga sebagai media berdana punia.
Upacara yadnya rajasika dan tamasika, yang ditampilkan dengan serba glamour dan gebyar serba wah yang boros uang, waktu, tenaga dan membuang-buang makanan. Upacara Yadnya demikian itu menjadi beban yang memberatkan hidup dan banyak menimbulkan permasalahan hidup.
Satvika yadnya menurut Bhagawad Gita ada beberapa syaratnya, yaitu sradha, artinya upacara yadnya dilakukan berdasarkan keyakinan yang mendalam bahwa upacara yadnya itu sebagai suatu yang seyogianya dilakukan sebagai penganut Hindu yang balk. Upacara Yadnya tidak boleh dilakukan dengan ragu-ragu sekadar untuk memenuhi syarat formal beragama Hindu saja. Lascarya, upacara yadnya harus dilakukan dengan tulus ikhlas tidak ada sama sekali adanya rasa terpaksa atau ada sesuatu yang dirasakan menekan. Upacara yadnya itu dilakukan Sesuai dengan Vidhi Drstah atau petunjuk sastranya.
Upacara yadnya harus juga ada Daksina, artinya pemberian sedekah sebagai simbol penghormatan dalam wujud harta dan penghormatan secara moral untuk rohaniawan seperti pinanthta (pemangku) atau pandita. Tanpa daksina, upacara yadnya itu akan gagal. Upacara yadnya seyogianya diantarkan dengan melantunkan gita atau kidung suci. Kidung suci yang dilantunkan dengan benar, baik dan tepat akan dapat menumbuhkan vibrasi spiritual pada lingkungan. UpacaraYadnya seyogianya juga ada Anma Seva artinya ada jamuan makan terutama untuk Atiti Yadnya yaitu tamunya upacara. Sebab, ada sastra menyatakan betapa pun meriahnya suatu upacara yadnya kalau di sekitarnya ada orang kelaparan dan wanita terhinakan maka upacara yadnya itu tidak akan mencapai tujuan muliannya.
Syarat terakhir satvika yadnya itu adalah naasmita artinya yadnya yang dilakukan itu tidak ada niat untuk pamer atau menonjolkan egoisme. Apalagi ada niat untuk menonjolkan diri untuk meremehkan orang lain di lingkungan sendiri.
Hakikat upacara yadnya itu justru untuk mereduksi egoisme. Karena egoisme itu akan menutup pancaran suci atman menyinari dinamika indriya. Upacara yadnya yang menonjolkan egoisme itu ciri upacara yadnya yang gagal memberikan vibrasi suci. Jelaslah jika kita berharap agar sesuatu yang kita kerjakan/persembahkan kehadapan Hyang Widhi Wasa agar selalu didasari oleh ketujuh landasan beryadnya, disamping itu pula hal-hal yang menyebabkan kurang harmonisnya bhuana agung dan bhuana alit agar dihindari, sehingga terjadi keserasian. sukseslah berupacara.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar