Selasa, 01 September 2015

TATTWANING LULUT




Lulut adalah sebangsa binatang-binatang kecil sejenis ulat yang besarnya hampir sama dengan ulat cempedak, akan tetapi kelihatannya sangat aneh. Keanehan ini bila pada suatu tempat ia muncul pasti akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya, apalagi disaat akan berpindah tempat . Ulat yang aneh dan muncul di tanah begitu banyaknya itulah oleh masyarakat/umat hindu disebut dengan lulut. Jika sudah tampak adanya lulut disuatu tempat maka umat hindu/warga masyarakat akan mengadakan ritual pembersihan sekala dan niskala.
Untuk memahami tengtang Tattwaning Lulut maka perlu kiranya kita simak dulu cerita sebagai berikut ; "Dahulu kala dua orang penghuni kahyangan yakni I Gudug Pasu dan I Bawi Srenggi suatu ketika mereka mendengar berita bahwa seorang dewi penghuni sorga yang namanya Betari Sri adalah satu-satunya putri yang paling cantik di seluruh sorga loka. mendengar berita itu kedua rsenggana itu sangat tertarik hatinya untuk mempersunting  Betari Sri. I Gudug Pasu dan I Bawi Srenggi yang sama-sama citi-citanya untuk mempersunting betari tiba -tiba suatu saat bertemu. I Gudug Pasu berkata "Saudaraku Bawi Srenggi, aku tahu yang ada dalam hatimu, setelah kita mendengar tentang kecantikan dewi Sri, apa yang hendak kau lakukan aku tahu semua, akupun akan melakukan seperti yang kau pikirkan, jelas akan mempersunting Dewi Sri". Bawi Srenggi menjawab," Dewi Sri hanya seorang diri, sedangkan yang menghendaki kita berdua, lalu bagaimana kita harus bertindak?" Gudug Pasu menjawab, "Kita sama-sama penghuni sorga loka hendaknya jangan sampai dihadapan Betari Sri kita bertengkar, kita harus tetap menjaga mutu kedewataan kita, menurut hematku dalam hal ini hanya ada satu jalan yakni salah satu dari kita harus hidup, untuk tujuan itu tiada lain lagi kecuali kita berperang".
I Bawi Srenggi setelah mendengar kata-kata I Gudug Pasu seperti itu segera mengambil sikap, "aku juga menginginkan seperti itu, ayo mulailah kita berperang". Benar saja perang dimulai, makin lama makin bertambah hebatnya, sentuhan senjata sangat membisingkan, api yang timbul akibat sentuhan senjata itu bagaikan kilat yang membelah dunia. Bila mereka payah menggunakan senjata maka mereka saling bergerumul berpelukan saling membanting dan siap akan menghempaskan ke bumi. Begitu hebat perangnya, sedikitpun pada sekujur tubuh mereka tiada bekas yang tergores senjata, selama mereka bertempur telah beberapa kali mereka berhenti karena lelahnya. Akhirnya peperangan itu mereka hentikan karena mereka sama-sama yakin bila diteruskan tiada berakhir kalah atau menang.
Setelah peperangan terhenti I Gudug Pasu lalu berkata "Saudaraku Bawi Srenggi, oleh karena tujuan kita tidak tercapai hidup seorang diri untuk mempersunting Betari Sri, maka marilah kita pergi ke tempat tinggal Betari Sri, akan tetapi menurut hematku kepergian kita kesana hendaknya berbagi arah, kamu aku minta melewati arah barat laut dan aku sendiri menuju ke timur laut". Demikianlah perjanjian mereka berdua sama-sama saling mentaatinya.
Entah berapa lama dalam perjalanannya akhirnya I Gudug Pasu yang mengambil arah timur laut berjumpa dengan Dewa Siwa, kepada Dewa Siwa dia menjelaskan apa yang hendak menjadi tujuan sehingga sampai pada tempat itu. Dewa Siwa memahami maksud dan tujuan I Gudug Pasu dan segera menjawab, "Ya kalau itu yang kamu maksudkan, memang benar ku akui kecantikan dan keagungan dewi Sri tiada tanding di sorga loka, namun sayang Dewi Sri kini tidak lagi tinggal disini, ia telah turun ke dunia bersama kakaknya betara Rambut Sedana untuk menguasai dunia dan memberikan kesuburan semesta. begitulah halnya sekarang terserah kamu". I Gudug Pasu setelah mendengar sabda Dewa Siwa seperti itu segera mohon diri untuk meneruskan perjalanan dalam mencari dewi sri.
Kini tersebutlah seorang Raja yang berkuasa pada sebuah negara yang bernama Maninte, raja ini mimpi jelas bahwa Betari Sri turun ke dunia dan kini sedang berada pada daerah kekuasaanya, namun entah dimana tempatnya. Dengan alasan inilah akhirnya beliau segera memanggil seluruh rakyatnya untuk segera berkumpul dan dimintai penjelasan, tetapi malang semua rakyat tidak ada yang tahu dimana dewi Sri berada, akhirnya sang raja meminta kepada seluruh rakyatnya untuk mencari Dewi Sri dimanapun tempatnya.
Betari Sri kini dalam perjalanan menuju dunia, sampailah beliau pada perbatasan negara  yang menjadi kekuasaan raja Maninte. Perjalanan Betari Sri diiringi oleh abdinya yang setia Ni Sri Tekong (Keladi) dan Ni Sri Kuncung (Jagung). Tiba-tiba Betari Sri terkejut setelah mendengar dan melihat begitu banyaknya orang yang datang, mereka hampir mendekati betari. Dengan tidak berpikir panjang beliau segera menghilang darim tempat itu bersama kakak dan abdinya menuju ke tengah hutan belantara. Setelah sampai di hutan lalu beliau berteduh di bawah pohon kayu ketepeng kuning yang rindang dedaunannya. Disana beliau melepaskan penat dan rasa lelahnya. Pada saat itu tanpa disengaja datanglah I Gudug Pasu menghampiri Betari Sri, terdorong oleh kegembiraan hatinya dan asrat yang dalam lalu dia berkata,"Wahai junjunganku Betari Sri syukurlah Betari saya jumpai disini, karena telah sekian lama betari meninggalkan sorga loka, sungguh sangat khawatir saya tidak dapat berjumpa, oh betariku rasanya tidak puas jakalau saya tidak dapat mempersunting betari"
Mendengar kata-kata yang diucapkan I Gudug Pasu demikian, Betara Rambut Sedana cepat menyela, "Hai kau Gudug Pasu kalau demikian kehendakmu aku sebagai kakaknya belum ikhlas menyerahkan adikku begitu saja tanpa pembelaan, hanya jiwaku yang menjadi taruhannya". I Gudug Pasu yang kehendaknya tak dapat dibelokan lagi tahu akan dirinya yang tak ada menyaingi kesaktiannya dengan tak terduga-duga segera menyerang betara Ranbut Sedana. Peperanganpun terjadi sangat dasyatnya, tak ada yang mengalami cedera saat peperangan itu terjadi, tiba-tiba Betara Ranbut sedana mendengar sabda dari angkasa, "Hai Dewa Ranbut Sedana bila dengan jalan ini dewa akan membunuh I Gudug Pasu pasti tidak akan berhasil, sekarang tangkaplah dia dan seret ke tengah lautan dan buang di tengah samudra , hanya dengan cara demikian kamu akan berhasil. Betara Rambut Sedana tidak berpikir panjang, setelah mendengar sabda itu lalu ia lari ke pinggir pantai, disana peperangan terjadi lagi dengan dasyatnya. Tiba-tiba Betara rambut sedana mencengkeram I Gudug Pasu, diseretnya ke tengah samudra lalu dilepaskan sendirian disana. Tahu akan kekalahannya I gudug Pasu yang berada di tengah samudra berkata-kata, "Hai Rambut Sedana apa dengan jalan begini kau sanggup membunuhku?, belum tentu, tetapi ingat cita-citaku belum sampai untuk mengawini Dewi Sri, aku akan terus berjuang sampai cita-citaku benar- benar terpenuhi." Hilangnya suara itu tiba-tiba mengapung di permukaan laut seekor ikan yang merupakan penjelmaan dari I Gudug Pasu, ikan itu bernama Be Bawang Uyah.
Kini setelah I Gudug Pasu tiada Betara Sedana mencari Dewi Sri, betapa girang hatinya Dewi Sri melihat kakaknya datang dengan selamat, setelah Betara Rambut sedana mengasuh sebentar lalu berkata, " Adikku kini marilah kita turun ke Medang Kemulan, untuk itu kakak minta dinda jangan lagi menggunakan badan yang kita pakai sekarang, melainkan dinda harus menggunakan badan ulat kecil, begitu juga kakak akan menggunakan badan ulat kecil, warna badanmu agar berwarna kuning, sedangkan kakak akan berwarna putih, cara inilah sebagai rahasia agar kelak kita bisa saling mengingatkan disaat kita berjumpa. Barang siapa saja manusia di dunia yang menjumpai kita agar kita disambut dengan upacara keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut. Dalam hal ini aku memberikan kelonggaran bagi manusia yang menjumpainya, jika hari ini mereka berjumpa maka dalam kurun waktu selambat-lambatnya tiga hari mmereka harus melaksanakan upacaranya. Nah demikian pesanku dan untuk itu kakak harap dinda berangkat terlebih dahulu, karena aku masih dalam keadaan lesu.
Kini tersebutlah I Gusti Makokawan, Raja yang menguasai Medang Kemulan, pada waktu itu beliau sedang sibuknya mempersiapkan upacara. Upakara yang dipergunakan memerlukan lubang di tanah, raja segera menitah abdinya untuk membuat lubang di tanah sekitar yadnya diselenggarakan. Entah beberapa lama yadnya itu berlalu, maka timbullah serumpun padi di tempat tanah yang cekung  saat melangsungkan upacara dahulu. melihat hal itu alangkah girangnya raja Medang Kemulan, karena hal itu sungguh-sungguh keadaan yang sangat membahagiakan, dewi Sri telah memberikan berkah dan hadir di tempat melaksanakan yadnya. Begitu keadaannya sehingga menjadi perhatian bagi seluruh rakyatnya.
Kembali pada I Bawi Serenggi yang mengambil jalan ke barat laut, dia tidak pernah menjumpai Dewi Sri, maupun Betara Siwa. Melainkan ia hanya berjumpa denga serumpun bambu ampel gading, dengan tidak disadari perbuatanya, maka cabang-cabang bambu ampel gading itu dipatah-patahkannya. Tiba-tiba terdengar suara olehnya,"Ohh Bawi Srenggi, kenapa kau buat aku begini?, bukankah kau akan mencari Dewi Sri?, kau tidak tahu siapa diriku ini sedangkan aku sudah mengetahui dirimu dan kehendakmu, memang Betari  Sri telah turun ke dunia, di timur laut adanya, carilah disitu, kapan nanti kau menjumpai cekung  tanah disanalah Dewi Sri berada.
Begitu terdengar suara darim rumpun bambu itu cepat-cepat I Bawi serenggi meninggalkan tempat tersebut dan turun ke dunia menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh suara tadi. Tapi malang kedatangan I Bawi Serenggi telah diketahui oleh Betari Sri dan akhirnya betaripun mengutuk I Bawi Serenggi untuk menjadi babi galak, terwujudlah kutukan Dewi Sri itu, benar-benar kini I bawi Serenggi telah menjadi babi garang, tanah- tanah disana digaruk-garuknya hingga berserakan ke sana-sini, pohon-pohon ditumbangkannya. Tingkah laku babi garang tersebut membuat sang Raja menjadi murka, maka disuruhlah untuk menangkap babi tersebut, karena kekuatannya sumua prajurit tak mampu menghadapinya. Akhirnya sang rajapun turut membantu menangkap babi garang itu, pertempuran terjadi saling seruduk, saring bergerombol, tak ada yang mampu mengalahkan, tiba-tiba sang raja mendengar sabda  gaib yang samar dari angkasa, konon katanya jikalau mau mengalahkan babi tersebut hendaknya jangan menggunakan senjata tajam, hanya dengan bambu runcing babi garang tersebut bisa kalah. Lalu rajapun menghentikan pertempurannya , segera beliau membuat bambu runcing untuk menghadapi babi tersebut, dengan senjata itulah raja Medang kemulan menyerang babi garang itu bertubi-tubi, dan tubuh babipun terluka parah, darahnya menyembur yang menandakan jiwanya akan segera meninggalkan badannya. Sebelum jiwanya pergi ia sempat mengeluarkan kata-kata, "Hai Gusti, kini cita-citamu untuk membunuhku telah berhasil, namun cita-citaku untuk mempersunting Dewi Sri belum terwujud, selama itu pula aku berjuang". Setelah selesai mengucapikan kata-kata maka lenyaplah jiwa I Bawi Serenggi, darahnya berubah menjadi candang api, napasnya berubah menjadi candang kubal, kukunya berubah menjadi candang getep, ekornya menjadi candang kibul. Demikianlah kisah Kelulutan/ TATTWANING LULUT, candang-candang tersebut adalah hama yang menyerang tanaman padi saat ini.

Umat Hindu dimanapun berada, jika sudah memahami tentang tattwaning lulut bila dalam lingkungan pekarangan muncul lulut maka mereka tidak akan diam berpangku tangan, begitu juga akan membiarkan saja kejadian itu berlalu, akan tetapi mereka segera melakukan upacara bhuta yadnya sekurang-kurangnya byakala prassista, atau yang lebih lagi dengan caru eka sata dll, sesuai dengan kemampuan dan keyakinannya.
Untuk Lulut Kuning (Emas) upakaranya  : suci asoroh, dengan menggunakan daging ayam biing, tebasan, peras, lengkap dengan sesantunnya, penyeneng palinggih, serta canang sari. Melakukan upacara pemendakan terhadap betari sri sehingga dalam melangsungkan kehidupan ini diberikan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan,  setelah selesai diupacarai segeralah kembalikan ke tempat penyimpanan beras. Lulutnya disatukan ditaruh pada bungkak kelapa tanam dibelakang/Teba, Hanyut ke sungai, atau sekalian ke segara juga sangat bagus.
Untuk Lulut Putih (Perak) upakaranya : Suci asoroh, dengan menggunakan daging ayam putih, tebasan lengkap dengan sesantunnya, penyeneng palinggih serta canang sari. Melakukan upacara pemendakan terhadap Betara Rambut Sedana agar dalam menjalani kehidupan ini beliau menganugrahkan keselamatan, kemuliaan, dan kesejahteraan. Setelah selesai upacaranya segeralah kembalikan ke gedong saren. Lulut disatukan ditaruh pada bungkak kelapa lalu ditanam di belakang/teba, hanyut ke sungai, atau jikalau memungkinkan sekalian ke segara bawa untuk menghanyutkan segala kekotoran yang telah terjadi akibat ke munculan lulut tersebut. Olih Jro Mangku Pasek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar