UPACARA
NGEREBEG DI BANGLI
Masyarakat
Adat Bangli yang dikenal banyak nyungsung barong, dulunya rutin
mengadakan upacara yang diberi nama sangkepan barong atau barong
mapadu. Tradisi barong mapadu biasa dilakukan semasa berkuasanya Raja
Bangli Anak Agung Ketut Ngurah alias Regen Bangli. Aktivitas
tersebut dikaitkan dengan kegiatan ritual. Namun, belakangan sangkepan barong
tak lagi diadakan lantaran adanya kekhawatiran akan memicu terjadinya konflik
antar banjar, akibat banyak warga kerauhan. Karena itu, sangkepan barong
semacam itu kini tidak pernah diadakan lagi di Bangli.
Kendati
demikian, di Bangli sejak pemerintahan Bupati I B Agung Ladip dilakukan
aktivitas yang disebut Ngerebeg. Aktivitas ritual ini berlangsung di
pusat Kota Bangli dan hingga kini masih tetap dijalankan. Prosesi Ngerebeg
dilangsungkan di pusat kegiatan bisnis di Bangli, tepatnya di perempatan patung
Tri Murti yang berlokasi di sebelah utara Pasar Kidul Bangli. Secara
rutin pada malam hari di saat Galungan atau Kuningan semua banjar adat yang
berlokasi dekat jantung kota ini nedunang Ida Batara berupa arca barong
untuk katuran ayaban sewentena (seadanya) dan caru agung. Namun,
tidak hanya saat hari raya Galungan dan Kuningan diadakan ritual ngerebeg.
Ritual ini juga dilakukan pada hari-hari lainnya seperti pada pangerupukan.
Sebagaimana dilakukan oleh pengemong Ida Batara di Pura Puseh Bebalang.
Biasanya di hari itu, Ida Batara akan diiring keliling desa.
Upacara
ngerebeg sesungguhnya merupakan tradisi yang telah diwarisi umat Hindu di Bangli
secara turun-temurun. Kegiatan itu merupakan ritual penyucian dan permohonan
kepada Sang Hyang Catus Pata agar bisa turun ke jagat raya guna mensejahterakan
umat. Selain itu menyelamatkan umat dari kemungkinan segala macam gangguan.
Sang Hyang Catus Pata atau sering juga disebut Sang Hyang Catur Bhuana/Sang
Hyang Catur Loka Pala adalah penyatuan dari catur dewata, dari arah timur Dewa
Iswara, selatan Dewa Brahma, barat Dewa Mahadewa, utara Dewa Wisnu. Di tengah
ditempatkan upakara yang akan dipuput oleh pandita/pinandita sebagai niasa Dewa
Siwa.
Kenapa
hanya dilakukan di pusat kota? Hal itu disesuaikan dengan posisi perempatan
yang mengarah ke empat banjar adat, yakni meliputi Banjar Kawan, Blungbang,
Pande dan Banjar Geria. Keempat banjar ini masing-masing nyungsung arca barong
di Pura Dalem yang terdiri atas Dalem Purwa, Dalem Gede Selaungan,
Dalem Pegringsingan, dan Dalem Penunggekan. Keempat arca barong
tersebut, pada saat berlangsungnya upacara akan menghadap ke masing-masing
banjar adat. Ida Batara di Dalem Purwa akan menghadap arah barat, Ida Batara
Dalem Penunggekan menghadap ke selatan, Dalem Gede Selaungan menghadap ke
utara, Ida Batara Dalem Pegringsingan menghadap ke timur. Posisi
berhadap-hadapan yang dibagi dalam empat arah posisi desa itu disebut nyatur
desa.
Setelah katuran ayaban, Ida Batara
akan diarak malancaran mengelilingi masing-masing banjar penyungsung. Saat
malancaran itu biasanya banyak pula yang kerauhan (kesurupan), bahkan
tidak jarang banyak yang sampai ngunying/ngurek. Kendatipun jalannya
ngerebeg di pusat kota baru ditertibkan beberapa waktu yang lalu, tradisi ini
sebenarnya sudah diwarisi oleh masyarakat Bangli sejak mengenal keberadaan Barong
Swari.
berawal dari petunjuk sastra
tersebut maka di desa pekraman kubu juga melaksanakan tradisi ngerebeg yang
dilaksanakan pada malam hari raya kuningan, tujuannya adalah memohon
keselamatan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa dengan prebawaNya Sang Hyang Catus
Pata/Sang Hyang Brahma Catur Muka supaya desa pekraman diberikan perlindungan
keselamatan dari pengaruh-pengaruh negatif
Bhuta kala, selain untuk mengharmoniskan Panca Durgha (Sri Durgha, Dari
Durgha, Suksmi Durgha, Raji Durgha dan Dewi Durgha) di catus pata terkait
dengan pelaksanaan hari raya Galungan yang disertai dengan Bhuta Tiga Sakti ;
Bhuta Amangkurat, Bhuta Dunggulan dan Bhuta Galungan perlu disomye/ diharmoniskan
dengan jalan nedunang petapakan Ida Betara Gde, Betara Nini dan Betara
Anom serta Ratu Srenggi ke catus pata,
supaya kekuatan Panca Durgha dan Kala Tiga tersebut berubah menjadi kekuatan
panca rsi dan panca dewata serta menjadi kekuatan Tri Murti dan Tri Perusa.
Kekuatan dewata inilah yang nantinya kita harapkan memberikan perlindungan
kepada alam semesta baik bhuana agung maupun bhuana alit.
tulisannya sangat bagus.
BalasHapus