"MELUKAT" Pembersihan Diri dan jiwa.
Sifat watak dan tabiat manusia
terpengaruh oleh kelahiran, lingkungan, pergaulan dan karma wesana yang dibawa
dari kehidupan sebelumnya. Dalam Sarasamscaya ada disebutkan : Kelahiran
menjadi manusia sekarang ini adalah kesempatan melakukan kerja baik maupun
kerja buruk, yang hasilnya nanti akan dinikmati di akhirat, artinya kerja baik
maupun kerja buruk sekarang ini di akhirat sesungguhnya dikecap buah hasilnya,
setelah selesai menikmatinya menitislah pengecap itu lagi, maka turutlah
bekas-bekas hasil perbuatannya
Seseorang yang terus dihantui mimpi buruk, perasaan
gelisah atau selalu
ditiban masalah yang dinilai cukup berat, selalu disarankan melukat. Tradisi
yang sudah ada sejak zaman Veda ini sungguh tetap melekat pada tradisi umat
Hindu di Bali. Melukat biasanya dilakukan di sumber mata air seperti pancoran,
segara (laut), campuhan, dan di tempat pemujaan di rumah (kemulan) atau di griya sulinggih.
Melukat adalah upacara pembersihkan
pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia. "Sama seperti badan
yang dibersihkan dengan
sabun, jiwa dan pikiran juga perlu dibersihkan dengan melukat, dalam pustaka suci ada disebutkan “Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran
dibersihkan dengan kejujuran, roh dibersihkan dengan ilmu pengetahuan dan tapa,
akal dibersihkan dengan kebijaksanaan. Dalam Reg
Veda I.23.22 disebutkan “Ya Tuhan Yang MAha Esa Penguasa air lenyapkan dan
sucikanlah segala kesalahan dan dosa-dosa kami, meskipun kami telah mengetahui
bahwa perbuatan itu mesti tidak kami lakukan atau tidak benar”, dilanjutkan
dengan ayat 23.23 “sekarang kami menerjunkan diri ke dalam air, kami menyatu
dengan kekuatan yang menjadikan air ini, semoga kesucian yang tersembunyi dalam
air ini, menyucikan dan memberikan kekuatan suci kepada kami”. Serta dalam Reg
Veda X.17.10 disebutkan “Semogalah air suci ini menyucikan kami bercahaya
gemerlapan, Semogalah pembersih ini membersihkan kami dengan air suci, Semoga
air suci ini mengusir segala kecemaran, sungguh kami bangkit memperoleh
kesucian daripadanya”. Dari mantram itu Umat Hindu meyakini air sebagai sumber
kehidupan dan sangat bermanfaat untuk mandi membersihkan diri baik badan maupun
jiwanya.
Makna dari upacara melukat ini, menyucikan dan
membersihkan kembali sifat-sifat buruk dan
kotor yang ada dalam setiap diri manusia. Melukat berasal dari kata sulukat. Su
berarti baik dan Lukat berarti penyucian. Jadi, melukat berarti menyucikan diri
guna memperoleh kebaikan, kerahayuan. Karena
filosofi ini pula, upacara melukat kini tak hanya dilakukan umat Hindu. Dibeberapa tempat melukat juga sering dilaksanakan oleh para wisatawan baik
domestic maupun manca negara, segala umat pernah melakukan
pengelukatan. Mungkin saja mereka yang
memiliki masalah berat, ingin mencoba membersihkan diri dengan upacara melukat. Sekarang melukat sudah universal, Umumnya, seperti yang diyakini orang kebanyakan, upacara melukat ini
dilakukan pada hari-hari baik (dewasa ayu), seperti saat Purnama atau Banyu
Pinaruh. Namun, kalaupun hari-hari tersebut
tidak ada waktu sebaliknya
dilaksanakan kapan saja yang terpenting adalah niat dan tujuan
Sesuai sastra, pengelukatan bisa dilakukan dimaa saja.
Namun, alangkah baiknya dilakukan di sumber mata air seprti beji, patirtan,
pancoran, laut, campuhan, atau pada lokasi-lokasi yang memiliki vibrasi positif
yang sangat kuat.
Adapun tahapan pengelukatan yang dilakukan adalah:
Pertama, pengeleburan dasamala melalui mantra-mantra yang diucapkan pemangku,
keacep ring Bhatara Wisnu sebagai pemelihara (air), Kedua, nyapuh sarwamala.
Pemedek turun ke campuhan ke laut, pancoran dll ataupun disiram oleh pandita/pinandita, dengan
filosofi segala kekotoran dalam diri dihayutkan ke laut/ke pertiwi. Setelah membuang kotoran yang ada dalam diri (dengan
rasa), dilanjutkan, Ketiga, jiwa dan pikiran diisi kesucian , Keempat, persembahyangan.
Pengelukatan sederhana sejatinya bisa dilakukan di
rumah, dengan air cacapan pawon (cocoran atap dapur). Keyakinan ini filosofinya
adalah pengeleburan oleh Dewa Brahma. Ketika kita
habis melayat atau mendapat perasaan yang tidak mengenakan dari orang lain atau
pula bermimpi buruk, maka pengelukatan di cacapan dapur ini sangatlah epektif.ritualnya
sangatlah sederhana hanya bermodalkan segayung air bersih lalu doakan kehadapan
dewa Brahma mohon agar segala yang berbau negative dapat dimusnahkan, lalu air
tadi disiramkan ke atas atap dan air cucuran itu digunakan untuk melukat dari
kepala sampai pada kaki, yang sama juga dilakukan ketika
datang dari tempat kematian/kuburan. Tradisi
ini masih dilakukan sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar