Senin, 20 Februari 2017

MELUKAT


"MELUKAT"  Pembersihan Diri dan jiwa.
Sifat watak dan tabiat manusia terpengaruh oleh kelahiran, lingkungan, pergaulan dan karma wesana yang dibawa dari kehidupan sebelumnya. Dalam Sarasamscaya ada disebutkan : Kelahiran menjadi manusia sekarang ini adalah kesempatan melakukan kerja baik maupun kerja buruk, yang hasilnya nanti akan dinikmati di akhirat, artinya kerja baik maupun kerja buruk sekarang ini di akhirat sesungguhnya dikecap buah hasilnya, setelah selesai menikmatinya menitislah pengecap itu lagi, maka turutlah bekas-bekas hasil perbuatannya
Seseorang yang terus dihantui mimpi buruk, perasaan gelisah atau selalu ditiban masalah yang dinilai cukup berat, selalu disarankan melukat. Tradisi yang sudah ada sejak zaman Veda ini sungguh tetap melekat pada tradisi umat Hindu di Bali. Melukat biasanya dilakukan di sumber mata air seperti pancoran, segara (laut), campuhan, dan di tempat pemujaan di rumah (kemulan) atau di griya sulinggih.
Melukat adalah upacara pembersihkan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia. "Sama seperti badan yang dibersihkan dengan sabun, jiwa dan pikiran juga perlu dibersihkan dengan melukat, dalam pustaka suci ada disebutkan “Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, roh dibersihkan dengan ilmu pengetahuan dan tapa, akal dibersihkan dengan kebijaksanaan. Dalam Reg Veda I.23.22 disebutkan “Ya Tuhan Yang MAha Esa Penguasa air lenyapkan dan sucikanlah segala kesalahan dan dosa-dosa kami, meskipun kami telah mengetahui bahwa perbuatan itu mesti tidak kami lakukan atau tidak benar”, dilanjutkan dengan ayat 23.23 “sekarang kami menerjunkan diri ke dalam air, kami menyatu dengan kekuatan yang menjadikan air ini, semoga kesucian yang tersembunyi dalam air ini, menyucikan dan memberikan kekuatan suci kepada kami”. Serta dalam Reg Veda X.17.10 disebutkan “Semogalah air suci ini menyucikan kami bercahaya gemerlapan, Semogalah pembersih ini membersihkan kami dengan air suci, Semoga air suci ini mengusir segala kecemaran, sungguh kami bangkit memperoleh kesucian daripadanya”. Dari mantram itu Umat Hindu meyakini air sebagai sumber kehidupan dan sangat bermanfaat untuk mandi membersihkan diri baik badan maupun jiwanya.
Makna dari upacara melukat ini, menyucikan dan membersihkan kembali sifat-sifat buruk dan kotor yang ada dalam setiap diri manusia. Melukat berasal dari kata sulukat. Su berarti baik dan Lukat berarti penyucian. Jadi, melukat berarti menyucikan diri guna memperoleh kebaikan, kerahayuan. Karena filosofi ini pula, upacara melukat kini tak hanya dilakukan umat Hindu. Dibeberapa tempat melukat juga sering dilaksanakan oleh para wisatawan baik domestic maupun manca negara, segala umat pernah melakukan pengelukatan. Mungkin saja mereka yang memiliki masalah berat, ingin mencoba membersihkan diri dengan upacara melukat. Sekarang melukat sudah universal, Umumnya, seperti yang diyakini orang kebanyakan, upacara melukat ini dilakukan pada hari-hari baik (dewasa ayu), seperti saat Purnama atau Banyu Pinaruh. Namun, kalaupun hari-hari tersebut tidak ada waktu sebaliknya dilaksanakan kapan saja yang terpenting adalah niat dan tujuan
Sesuai sastra, pengelukatan bisa dilakukan dimaa saja. Namun, alangkah baiknya dilakukan di sumber mata air seprti beji, patirtan, pancoran, laut, campuhan, atau pada lokasi-lokasi yang memiliki vibrasi positif yang sangat kuat.
Adapun tahapan pengelukatan yang dilakukan adalah: Pertama, pengeleburan dasamala melalui mantra-mantra yang diucapkan pemangku, keacep ring Bhatara Wisnu sebagai pemelihara (air), Kedua, nyapuh sarwamala. Pemedek turun ke campuhan ke laut, pancoran dll ataupun disiram oleh pandita/pinandita, dengan filosofi segala kekotoran dalam diri dihayutkan ke laut/ke pertiwi. Setelah membuang kotoran yang ada dalam diri (dengan rasa), dilanjutkan, Ketiga, jiwa dan pikiran diisi kesucian  , Keempat, persembahyangan.
Pengelukatan sederhana sejatinya bisa dilakukan di rumah, dengan air cacapan pawon (cocoran atap dapur). Keyakinan ini filosofinya adalah pengeleburan oleh Dewa Brahma. Ketika kita habis melayat atau mendapat perasaan yang tidak mengenakan dari orang lain atau pula bermimpi buruk, maka pengelukatan di cacapan dapur ini sangatlah epektif.ritualnya sangatlah sederhana hanya bermodalkan segayung air bersih lalu doakan kehadapan dewa Brahma mohon agar segala yang berbau negative dapat dimusnahkan, lalu air tadi disiramkan ke atas atap dan air cucuran itu digunakan untuk melukat dari kepala sampai pada kaki, yang sama juga dilakukan ketika datang dari tempat kematian/kuburan. Tradisi ini masih dilakukan sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar